Mulanya ketika membaca berita bahwa gerbang di atas Jalan Wisata Toronipa-Kendari, Sutra, itu kopong dan terindikasi ada korupsi dalam pembangunannya, saya geli. Tetapi hanya sebentar. Setelah melihat foto, saya tak menganggapnya sebagai lelucon.
Misalnya terbukti benar ada korupsi, sehingga kualitas bangunan tak layak, gerbang ini membahayakan orang. Andai kata kelak terbukti ada korupsi, kejahatannya tak hanya dilihat dari segi rupiah. Mestinya demikian.
Saya tak paham bangunan. Jadi biarlah tim ahli memeriksanya. Meskipun demikian saya paham, struktur keropong dalam hal tertentu itu lazim, sudah ada perhitungan teknisnya sesuai peruntukan. Misalnya membangun stan pameran di area terbuka. Demikian pula membuat set untuk syuting film. Bukankah hanya dipakai sementara?
Membangun gerbang jembatan besar seperti di Kendari tentu berbeda dari membuat stan Jakarta Fair dan rumah-rumahan untuk bikin film. Orang yang tak dapat menukang pun paham. Membuat gerbang di mulut gang untuk tujuh belasan dan untuk permanen itu berbeda.
Kata Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Sultra Pahri Yamsul, “Itu saya kira tidak benar, itu bangunannya terbuat dari GRC. GRC itu serat kaca, sudah banyak digunakan untuk penyelesaian arsitektur untuk memberikan kesan estetika.” (¬ Antara)
Indrayadhi, warga setempat, mengatakan, “Saya juga baru tahu kalau di dalamnya itu ternyata kosong, hanya seperti gypsum yang tutupi gerbang itu.”
Dia menyayangkan, di dalam pilar gerbang tersebut terdapat beberapa ekor ayam, seolah di sanalah kandangnya (¬ Antara).