Saya tidak tahu apakah pohon pepaya yang masih pendek ini kelak akan tumbuh pol sampai seberapa tinggi. Harus ada yang memantau. Jadi, untuk sementara saya sebut pohon pepaya mini.
Eh, nanti dulu. Kalau ini memang pohon pepaya mini berarti tingginya hanya dua jengkal tangan dewasa, nanti paling pol akan sampai dua kalinya. Lalu saat berbuah, berapa ukuran pepayanya?
Tetapi misalnya ini tanaman pepaya normal, mungkin saja dia tidak akan tumbuh sampai tinggi. Kenapa? Sebelum tinggi dia akan dibabat, karena tumbuh di sebelah tiang telepon.
Misalnya tidak dibabat, mungkin juga akan mati sendiri karena tanah tempat dia tumbuh hanyalah celah kecil yang tertutup semen saat pengecoran ulang jalan di area saya tahun lalu.
Saya menduga tanaman pepaya ini tumbuh sendiri, dari biji yang tercecer, karena lokasinya dekat bak sampah. Orang bilang itulah keajaiban alam Tanah Jawa, atau tanah di mana pun yang subur, padahal bagi Alam tak ada yang ajaib. Semesta sudah memiliki hukum sendiri.
Tentang kesuburan, tepatnya sumber daya alam Indonesia, saya teringat lagu lama Koes Plus, “Kolam Susu”. Orang bilang tanah kita tanah surga / tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Lagu dengan sentuhan tipis reggae tersebut muncul dalam Koes Plus Volume 8 (1973), diciptakan oleh Yok Koeswoyo (kini 81) yang di hari tuanya pernah bertani.