Anak dua presiden AS yang melanggar hukum

Saya tahu, anak Presiden Amerika Joe Biden tersangkut masalah hukum namun saya tak serius mengikuti berita itu. Bahkan nama si anak pun saya lupa. Pagi tadi saat membaca judul berita Kompas.id, saya sempat membatin apa maksudnya, ya? Dalam tajuk ada anak kalimat “Apa yang Dilakukan Presiden Joe Biden?”.

Kompas sedang menyentil siapa, karena gaya pers Indonesia masa lalu adalah melipir, main sindir? Kompas itu koran lama, hampir 60 tahun usianya, sehingga punya kiat lunak dan aman dalam membahas penguasa Orde Baru.

Oh, ternyata alam pikir saya yang belum maju, masih dibekap masa lalu ketika Indonesia di bawah Soeharto tak mengenal kebebasan pers.

Berita Brief, berisi lima poin tanya jawab, tersebut memang memang aktual, tentang penyidangan Hunter Biden (ya, ternyata namanya itu) di Pengadilan Federal Los Angeles, Kamis (5/9/2024) waktu setempat atau Jumat (6/9/2024).

Inti cerita: Hunter didakwa mengemplang pajak, bikin laporan palsu pajak, dan membeli pistol padahal sedang bermasalah dengan narkoba. Menurut jaksa, terdakwa berbelanja senilai jutaan dollar AS untuk obat-obatan terlarang, pengawalan, mobil-mobil eksotis, dan barang-barang mewah. Memang sih untuk kecanduan alkohol dan narkoba Hunter telah mencoba ikut rehabilitasi.

Berita selengkapnya, termasuk angka dollar dan ancaman hukuman, bertebaran di aneka media. Sila Anda simak sendiri. Namun salah satu poin adalah ini: hakim punya tenggat sampai 16 Desember 2024 untuk memvonis Hunter — sudah mepet libur Natal dan tahun baru.

Lalu apa kata Presiden Biden? Jubir Gedung Putih Karine Jean-Pierre, “Terkait kasus ini ataupun kasus sebelumnya, Presiden Biden tidak mau ikut campur keputusan yudikatif. Kalaupun putranya divonis bersalah, Presiden Biden tidak akan mengeluarkan amnesti atau pengampunan dalam jenis apa pun.”

Dua dasawarsa lalu, Jenna (19), putri Presiden Amerika George Walker Bush, ditangkap polisi di sebuah bar, di Austin, Texas, karena kedapatan minum alkohol. Hukum di sana tegas melarang orang di bawah 21 tahun mengonsumsi miras. Anak itu, dan teman-temannya, hanya mendapatkan peringatan keras.

Sebulan kemudian, Mei 2001, Jenna membeli miras dengan mencatut kartu identitas orang lain. Hakim mengganjar biaya perkara US$51,25 (kini sekitar Rp800.000), wajib kerja delapan jam untuk pelayanan masyarakat, dan menghadiri enam jam kelas bahaya miras. Pada Februari tahun itu, pacar Jenna diciduk polisi karena cowok 18 tahun itu mabuk di depan umum.