Adakah Gang Langgar di area Anda?

Saya tak tahu apakah sebutan langgar masih dipakai selain musala. Dulu setahu saya langgar berupa rumah panggung kayu, terpisah dari rumah induk.

▒ Lama baca < 1 menit

Adakah Gang Langgar di area Anda?

Gang Langgar. Nama yang lumrah. Tak hanya di Pulau Jawa dan Madura. Di Lombok NTB dan Sumut pun ada. Sila cari “gang langgar” di Google. Pasti muncul saran, gang langgar yang di mana. Langgar berarti musala, surau, masjid kecil tetapi tidak untuk bersalat Jumat.

Tentu di Google dan pencari lain, gang langgar ada banyak. Dalam Peta Jakarta (Bekasi-Depok-Serpong) Edisi 10 ’93/’94 (Gunther W. Holtorf, PT Djambatan), nama gang langgar hanya ada sebelas. Harap diingat, Holtorf dulu bekerja sendirian, tak seperti Google Street View saat ini yang mempekerjakan orang berjalan kaki menggendong kamera besar, untuk keluar masuk kampung, kalau perlu masuk jalan buntu.

Adakah Gang Langgar di area Anda?

Dalam toponimi wilayah, penamaan gang atau jalan dengan “langgar” menjadi lazim karena dulu bangunan bukan rumah tinggal yang dapat menjadi tetenger (landmark) adalah balai desa, balai warga, pasar, masjid, dan langgar.

Saat melihat gerbang Gang Langgar, tak terlalu jauh dari rumah saya, maka saya teringat soal bahasa. Dulu pada 1980-an, sebelum istilah Islam Nusantara ramai diperbincangkan, langgar dalam isu pribumisasi Islam di Indonesia disebut sebagai contoh adaptasi.

Adakah Gang Langgar di area Anda?

Dalam ingatan saya, yang namanya langgar itu terpisah dari rumah, berupa rumah panggung kayu, dan ada gentong bercucuk (wadasan) untuk berwudu. Beberapa langgar yang saya lihat saat saya bocah seperti itu bentuknya. Mungkin karena dulu masih banyak orang punya halaman luas. Langgar juga menjadi tempat anak-anak belajar menggaji. Namun di sebuah gang sempit di Surabaya, Jatim, ada langgar kuno (1893). Karena tinggi, di lantai dua, maka disebut Langgar Dukur Kayu (¬ NU Online).

Maaf jika saya lancang bertanya, apakah kini kata langgar kurang lumrah jika di Bandung musala? Saya bertanya karena saya tidak tahu.

Langgar Dukur Kayu, Surabaya, Jatim

2 Comments

Pemilik Blog Sabtu 31 Agustus 2024 ~ 22.49 Reply

Wah menarik kisah ini.
Dulu zaman kolonial memang ada legalistic candu dari getah opium.

Bahan pada awal kemerdekaan, RI pun berbisnis candu untuk beli senjata.

EIC, VOC-nya Inggris, dulu juga berbisnis candu buat mengongkosi tentara bayarannya.

Di Jawa ada saja Simbah Buyut dan Mbah Canggah yang menikmati hari tua dengan bermalas-malasan madat. Bahkan kerak candu pada pipa pun dikorèti.

BTW di Serengan sekarang mana yang lbh sering disebut, musala atau langgar?

Tinggalkan Balasan