Bukan isu baru sih. Ponsel adalah salah satu alat jorok yang menjadi bagian dari keseharian kita. Saya beberapa hari lalu mendapati video di X tentang hal itu, lalu teringat kabar yang ramai sekira tujuh tahun lalu soal itu. Banyak media yang menulis bahwa ponsel lebih jorok daripada pegangan pintu toilet.
Smartphone under a Microscope
📹 Rajinder Singh
pic.twitter.com/UsHH3AUrvW— Science girl (@gunsnrosesgirl3) August 28, 2024
Tujuh tahun lalu belum ada Covid-19. Anda biasa saja ketika tiba-tiba kawan atau saudara kita menyodorkan ponselnya karena lawan bicaranya ingin berbicara dengan Anda.
Padahal tak hanya permukaan ponsel yang penuh kuman. Lubang dan celah kecil juga. Mikroskop membuktikannya.
Tetapi sebelum pandemi, kita tak peduli bahwa si pemilik ponsel barusan ngupil, sebelumnya menggunakan telapak tangan menutupi hidung dan mulut saat bersin, dan sebelumnya lagi menggaruk bekas luka kering gigitan serangga sampai mengelupas, setelah itu dia tak mencuci tangan.
Kemudian selama ada Covid-19, 2020—2022, kita berhati-hati dengan barang orang lain. Seorang penyintas bercerita kepada saya, pada awal pandemi dia tertulari virus korona melalui bolpoin yang dipinjam teman sebelah meja yang berjarak aman dalam suatu seminar kecil.
Lalu setelah Covid-19 berlalu, standar personal perilaku higiene kita bagaimana? Perjalanan hidup peradaban manusia ribuan tahun mengajarkan satu hal: secara umum tubuh manusia itu kebal. Bakteri jahat dan baik, demikian juga virus, adalah bagian dari kesehatan kita, dalam arti detik demi detik.
Kita yakin, bahwa dalam tingkat tertentu terinfeksi penyakit, misalnya flu ringan, adalah bagian dari pematangan daya kebal kita. Kita anggap wajar jika anak-anak peserta mobil antar jemput sekolah bergiliran terkena batuk dan pilek. Kita pun menutup mata bahwa anggota klub kecil mobil jemputan gampang mengglirkan wadah minuman karena solidaritas.
Tanpa mikroskop pun kita melihat bahwa saat layar ponsel dan tablet padam selalu tampak kotor. Saya ngeri membayangkan ponsel saya yang layarnya tanpa pelapis itu retak bocel, sehingga menghasilkan celah baru, ketika dilihat dengan mikroskop akan menunjukkan apa saja.
Tetapi saya juga berpikir hal lain. Sebelum ada ponsel berkendali layar sentuh, sehingga banyak celah terutama dari tuts, bagaimana hasil amatan mikroskopisnya. Saya membayangkan, ponsel dengar kibor itu di mata mikroskop seperti lanskap dengan banyak liang bahkan jurang yang terlalu besar bagi jasad renik.
Sila simak video Mashable yang tertayang sebelas tahun silam, pada 2013. Bandingkanlah jumlah bakteri per inci persegi pada sejumlah benda.
2 Comments
Tentang menjaga kesehatan, saya masih sering memakai masker kalau bepergian keluar rumah, tapi sejak beberapa waktu lalu mengurangi frekuensi pemakaian. Hand sanitizer tiap hari pakai di rumah, sepulang dari pergi (jauh maupun dekat) sampai rumah langsung makai.
Bagi possession! 👍💐