Jokowi pintar membuat kejutan. Ketika masa jabatannya tinggal dua lembar, dari empat lembar kalender pemungkas tahun, yang sebelumnya berisi dua belas pagina, dia bikin komedi: wawancara cegat pura-pura.
Tak semuanya dia lakukan di bulan kemerdekaan ini. Setidaknya ada dua lainnya, Januari dan Juni tahun ini. Namun dia biarkan semuanya terungkap Agustus ini.
Tentang skandal doorstepping semu, ini bukan soal kecemburuan jurnalis. Misalnya ada pewarta yang begitu, ya kasihan. Mestinya mereka mengutuk aneka pelantar yang memungkinkan setiap orang, dari tetangga depan rumah sampai pesohor berkilau, membuat konten video lalu menjadi tontonan banyak orang.
Malah ada konten yang menjadi tontonan nasional, lalu media berita hanya dapat memungutnya dengan kesadaran bahwa jumlah penonton maupun pembacanya sebenarnya kalah dari jumlah penonton konten asli di platformnya.
Maka terhadap serial mini komedi Jokowi itu, saya layak mengapresiasi dengan mencomot lagu langgam Jawa “Ayo Ngguyu” dari pesinden Sala Waldjinah.
Saya berpengandaian lagu itu mewakili dua sisi sebagai kutub. Pertama: kutub yang terharu, tak habis pikir, lalu mentertawai Jokowi dengan terpingkal-pingkal dan terkial-kial sampai ponselnya jatuh.
Kedua: kutub seberangnya, yakni kaum loyalis pemuja Jokowi tiada henti, sonder keraguan maupun timbang ulang, yang dalam bahasa Jawa disebut pejah gesang ndhèrèk Jokowi, yang mentertawakan kaum yang mentertawai Jokowi.
Kutub kedua ini tergeli-geli, kenapa soal wawancara cegat jadi-jadian dipersoalkan, bahkan setelah lebih dari satu episode. Bukankah itu tak beda dari orang membuat swavideo dengan meletakkan ponsel di depannya?
Akan tetapi ada hal yang belum jelas. Jika pun Jokowi juga tertawa, kepada kutub manakah tawa itu ditujukan. Bukankah membaca jalan pikiran Jokowi itu kadang sulit kecuali sudah terbukti?
Petilan lirik “Ayo Ngguyu” itu adalah … dithuthuli pitik / pancèn élok ya Mas, (x) saiki / rambut dijambul nganggo lenga klêntik
Artinya, … dipatuki ayam / memang elok ya Mas, (x) sekarang / rambut dijambul pakai minyak kelapa
Lalu apa itu “(x)”? Telinga saya masih bermasalah karena sedang dalam pemulihan sehingga tak dapat mendengar dengan jelas. Mungkin Anda dapat menangkap kata itu.
Ayo ngguyu. Ayo ketawa.
Tabik.
10 Comments
Perlu cari Waldjinah versi karaoke yang sudah ada liriknya nih, untuk mengetahui (x)
Versi karaoke liriknya sdh campur bahasa Indonesia, dan beda isinya
Ayo Joko Widodo diguyu bareng-bareng! Diguyu sing seru! Diguyu rame-rame! Diguyu sing buanter! Rasah nggagas pemujane!
Yen ngguyu lha seru-seru.
Kalo miturut Lik Jun, pada lirik yang saya tandai X itu Bu Waldjinah ngendika apa ya?
Oooooh, Joko (Widodo) saiki rambute dijambul nganggo lenga klentik, to?
Oh Waldjinah bilang “Joko” ya?
Oh Paman mbayangke “Joko” diseneni ibune gara-gara ngentekke lenga klentik dan bikin ibunya boten saget masak?
Joko memang ndembik untuk beberapa hal, bukan cuma dalam hal lenga klentik!
Joko yang satu itu memang suka bikin masalah. Anaké niru.
Betoooool!
Jiannn ndak ada habisnya kisah satu orang itu