Karena iklan di CNN Indonesia saya menjadi tahu nama Profesor Darimin Kurniawan. Iklan tersebut mengarahkan saya ke sebuah situs yang menyebut diri Surat Kabar Kedokteran.
Saya pun baru tahu ada media itu. Namun tak ada keterangan siapa penerbitnya serta tim redaksi dan alamat posnya beserta nomor telepon dan email.
Memang, kini jarang orang memakai jasa kantor pos, namun alamat pos tetap penting supaya dapat disambangi dan dikirimi apa saja. Maka akan lebih bagus jika alamat disertai peta.
Dalam artikel tersebut ada foto seorang dokter. Saya sudah curiga, pasti ini kasus semacam Doktor Nurhayati dan Dokter Budi Wijaya.
Sebagai media kedokteran, situs ini hanya menyebut Profesor Darimin Kurniawan. Menurut saya lebih elok jika gelar ditulis lengkap, ada unsur akedemis dan professional. Misalnya Prof. dr. Darimin Kurniawan, Sp.U., karena dia seorang urolog. Lho cuma “dr” kecil (gelar dokter), tanpa “Dr” (doktor), hari gini kok sudah profesor? Redaksi media kedokteran tersebut lebih paham.
Kalau untuk bahasa jurnalistik, di media berita ada keragaman dalam menuliskan gelar. Untuk kedokteran ada yang lengkap, secara main tabrak tanpa titik dan koma, maupun cara jurnal, skripsi, dan standar korespondensi dengan titik dan koma.
Lalu soal foto Pak Darimin itu? Ternyata dia punya kembaran di Guatemala. Misalnya bukan kembaran, Pak Darimin di sana punya nama lain: Doctor Alejandro Hernández. Dia bukan urolog melainkan gastroenterolog. Silakan cek di Salunet dan Gastro.
Urolog itu menangani saluran kemih, sedangkan gastroenterolog mengurusi gangguan sistem pencernaan. Lalu kenapa Señor Darimin Kurniawan menangani disfungsi ereksi? Mungkin bagi redaksi, ereksi dan urusan kemih pria itu berkenaan dengan pipa luar saluran buang yang sama. Dalam bahasa montir: exhaust pipe. Si, Señor Editor?
Jadi, Darimin Kurniawan itu siapa? Jika Anda menjumpai nama dokter spesialis, apalagi sudah profesor, biasanya mudah Anda temukan informasinya di mesin pencari. Akan muncul nama universitas, rumah sakit, dan organisasi profesi.
Maka seumpama Anda bersua Señor KW kita di Guatemala, berserulah, “Min! Min! Darimin!” Pasti beliau menoleh. Ini kiat reserse menangkap buron yang melekati diri dengan sekian alias: panggil nama aslinya atau panggilan khas dirinya di lingkungan keluarga dan teman masa kecil.
Iya ding, sejak awal membaca tulisan ini Anda sudah menebak situs Surat Kabar Kedokteran itu fiktif. Cara mengemas informasinya sangat berbau iklan. Eh, main sambar foto pula. Siapa penulisnya saya tidak tahu.
Namun teman saya, bukan penulis, secara wicaksana mengingatkan, “Kalo sampe ada penulis kerja gituan itu kesian. Mungkin dia harus bayar kontrak rumah, SPP anak, dan lainnya. Kita harus bersimpati.”
Sekarang simpati harus ditambah. Pekerjaan menulis sudah dioper kecerdasan artifisial. Dari mana robot belajar menulis? Dari tulisan bagus para penulis.
Maka tak usah menjadi penulis bagus supaya karya Anda tak menjadi umpan rujukan bagi mesin yang akan mendepak Anda.