Hadiah mangga bermata darimu, mungkin ‘kan kuingat selalu

Siapa sih tak suka hadiah? Bahkan penerima yang tak butuh barangnya pun senang, tapi lantas meneruskannya ke orang lain.

▒ Lama baca < 1 menit

Bonus mangga berstiker mata dari Sayurbox

Ini bukan soal politik, melainkan belanja daring, karena blog ini memang bukan blog politik. Kemarin sore saat membantu anak saya membuka belanjaan daring saya dapati sebutir mangga.

Saya tertarik karena mangga tersebut ditempeli stiker bening bergambar mata dan hidung. Saya bilang, “Telaten amat nempelin stiker. Untung cuma satu.”

Tetapi anak saya menyahut, “Aku nggak pesen mangga, Pak. Kayaknya itu bonus.” Oh, menarik. Ada bonus berupa buah padahal dalam belanjaan tak ada buah, hanya ada sayur dan kebutuhan dapur lainnya.

Mungkin ada yang bilang bonus itu gimmick – oh, ternyata bahasa Indonesia sudah menyerapnya sebagai gimik. Semuanya sudah dihitung dalam komponen biaya. Yang penting konsumen mendapatkan kesan yang baik tentang produk dan jenama.

Bonus mangga berstiker mata dari Sayurbox

Bonus. Atau hadiah. Umumnya orang senang. Misalnya pun si penerima tidak membutuhkan, dia dapat memberikannya kepada orang lain.

Lalu, yang namanya hadiah itu tiba-tiba datang atau harus diperjuangkan, bila perlu diperebutkan? Kedua jalur itu bisa berlaku.

Oh ya, tentang hadiah, dahulu kala, abad lalu, saya pernah melihat tempelan kertas dengan coretan spidol pada pintu kamar asrama seorang mahasiswa. Tertulis di sana “freedom is not a gift, we must fight for it“.

Dia seorang aktivis. Kakaknya juga, kemudian menjadi petinggi partai dan tersandung korupsi wisma atlet di Jabar. Ihwal si adik, waktu seorang ketum partai besar dipaksa mundur, dan bikin video pernyataan pada hari Minggu, pekan lalu, dia termasuk elite partai menemani sang ketum di rumah dinas menteri. Mungkin dia sedang berkelahi demi partai.

Kebebasan bukanlah hadiah. Kita harus memperjuangkannya. Eh, ini soal politik ya, bukan mangga? Maaf.

Bonus mangga berstiker mata dari Sayurbox

Tinggalkan Balasan