Kenapa DPR tak mencapai kuorum?

Kemarin Kamsi mengikuti berita demo menentang revisi UU Pilkada dari YouTube di tablet, gonta-ganti kanal.

Saat makan siang dia menanya Kamso, “Mas, itu anggota DPR nggak memenuhi kuorum karena pada bolos atau masuk kerja tapi nggak ikut sidang?”

“Wah, nggak tau Jeng.”

“Kok di berita nggak disebut ya, Mas?”

“Mungkin disebut selintas. Emang napa?”

“Katanya itu sidang paripurna. Kalo mereka nggak ikut sidang, malah jadi pertanyaan, apa alasannya. Maksudku mereka masuk kerja tapi nggak ikut sidang, padahal sehari sebelumnya waktu pembahasan ikut.”

“Lalu?”

“Kalo mereka nggak ikut karena milih di rumah aja atau nongki di kafe, berarti aneh, Mas!”

“Misalnya ada yang gitu, mungkin mereka kena macet, nggak bisa ke Senayan.”

“Lha kan udah tahu sehari sebelumnya kalo bakal ada demo gede? Mestinya berangkat lebih pagi, sehabis subuh. Kalo perlu disambung ojek!”

“Mungkin takut kalo ketemu demonstran, Jeng.”

“Nah, arahku ke situ! Pengecut banget kalo takut padahal dijaga dua ribu lebih aparat keamanan! Cuma doyan gaji, ciut nyali, dasar begal konstitusi atas nama demokrasi!”

“Wah harus dipastiin dulu siapa aja yang nggak masuk kerja…”

“Nah! Absensi eh presensi mereka mestinya jadi data publik. Mereka itu wakil rakyat, digaji oleh rakyat lho, Mas!”

“Kok sewotnya ke suami?”