Bahasa yang hidup selalu menambah istilah baru. Kemudian kamus mencatatnya sehingga kamus, sebagai buku, akan makin tebal. Bisa karena lema atau entri baru, bisa pula karena pengayaan makna dari suatu kata. Yang kelak menjadi lema baru misalnya akronim. Mungkin kelak “repola” juga akan masuk KBBI.
Saya tahu repola dari iklan Kompas di korannya sendiri. Kata itu adalah akronim liputan langsung. Iklan itu muncul dua hari lalu, sebelum ada demo besar hari ini (22/8/2024), sehingga yang dimunculkan adalah perjalanan muhibah Paus.
KBBI mengartikan akronim sebagai “singkatan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar (misalnya ponsel telepon seluler, sembako sembilan bahan pokok)”.
Selama ini saya tak tahu bahwa Kompas menamai rubrik reportase langsung sebagai repola. Nyatanya nama rubrik yang tertulis adalah Reportase Langsung. Maka saya menyimpulkan istilah itu adalah gaya selingkung Kompas, untuk komunikasi kerja internal.
Setiap bidang pekerjaan mengenal istilah internal. Ada yang tetap bergaya di dalam, dan ada yang menguar keluar, bahkan dilembagakan, misalnya dalam birokrasi dan militer. Maka kita mengenal kasubbid (kepala subbidang), tupoksi (tugas pokok dan fungsi), protap (prosedur tetap), dan Pusjaspermildas TNI (Pusat Jasmani dan Peraturan Militer Dasar Tentara Nasional Indonesia).
Di setiap media juga ada akronim internal. Majalah Tempo dahulu punya istilah jabrik, singkatan penanggung jawab rubrik. Sedangkan lapsus (laporan khusus) dan laput (laporan utama) akhirnya berlaku di banyak media.
Lalu reportase langsung yang disingkat repola itu apa? Oh, itu pengindonesiaan untuk live tweets. Dipelopori oleh Twitter, yang kemudian menjadi X, simpul informasi yang disebut live tweets tersebut berupa paket berisi serangkaian cuitan berdasarkan waktu nyata (realtime).
Isi cuitan dalam utas tersebut ringkas. Jika ada foto maupun video, teksnya menyerupai kapsi. Kelebihan informasi dalam pelantar digital sejak zaman email dan SMS adalah pada penanda waktu: hari, tanggal, bulan, dan jam.
Keterangan waktu tak perlu diulangi dalam teks cuitan. Namanya juga laporan langsung. Tak berbeda dari menelepon maupun mengirimkan pesan via WhatsApp, apalagi dengan panggilan video, “Aku di warung bakso Gelundung.” Bahkan jika penanda lokasi geografis diaktifkan dalam platform, masalah tempat kejadian pun jelas.
Perkembangan teknologi digital terus mengubah cara pewartaan. Paling revolusioner adalah kehadiran ponsel multimedia yang didukung internet bergerak. Setiap orang bisa menjadi pewarta dengan liputan langsung. Maka cara penguasa mengontrolnya adalah memblokir akses terhadap platform. Entahlah apakah dengan koneksi internet via satelit orbit rendah maka pengendalian akses tetap mudah.
Menyangkut pewartaan, termasuk oleh perorangan bahkan dengan identitas tak jelas, maka kemajuan teknologi adalah satu hal dan standar kerja jurnalistik, termasuk etikanya, adalah hal lain.