Info menyesatkan seputar jilbab paskibraka

Seolah judul berita suatu media, padahal secara kebahasaan salah, bahkan tanggal terbit pun janggal.

▒ Lama baca < 1 menit

Masa sih ada berita warga Dayak bilang begini?

Sepintas gambar ini memberi kesan tangkapan layar sebuah media berita. Topiknya pun panas, kontroversial, terutama sebelum upacara kenegaraan 17 Agustus 2024 di IKN dan Jakarta, saat ada berita anggota paskibraka harus menanggalkan jilbab. Akhirnya mereka boleh berjilbab. Bahwa kritik bahkan kecaman terhadap Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) tak reda, itu wajar. BPIP yang membuat aturan seragam bagi paskibraka, dengan tafsir melarang jilbab.

Kembali ke gambar mirip judul berita. Dari sisi isi judul, kalimat yang mengatasnamakan ucapan “warga Dayak” itu bernada negatif. Dari sisi kaidah berbahasa Indonesia, penggunaan huruf kapital dan huruf kecil dalam judul ini tak tepat.

Jika judul menggunakan huruf kapital untuk setiap kata, biasanya ada pengecualian untuk kata hubung. Misalnya pun memang sama rata, semua kata berawalan kapital, maka kata “jilbab”, “melepaskan”, dan “lepas” mestinya berawalan kapital.

Soal lain, masa sih ada kata “di Perdebatkan”? Penulisan macam itu dimungkinkan jika “perdebatkan” adakah kata benda, dalam hal ini nama tempat.

Dari sisi gaya bahasa jurnalistik, judul ini tidak hemat kata. Akan lebih efektif jika “Warga Dayak: Putri Paskibraka Hanya Lepas Jilbab, Bukan Celana, Jangan Diperdebatkan”.

Soal lain yang tak ada hubungannya dengan bahasa adalah kalender. Tertulis “Minggu, 15 Agustus 2024”. Padahal selama Agustus ini, hari Minggu ada pada tanggal 4, 11, 18, dan 25.

Singkat cerita: gambar yang mirip tangkapan layar itu fiktif, buatan.

Akan tetapi misalnya itu bukan fiktif, maka keterlaluan jika ada media menulis berita macam itu, dengan bahasa buruk pula. Itu berita mengadu domba, apalagi jika ada orang bersumbu pendek yang cukup membaca “warga Dayak” dalam judul, tanpa membaca isi.

Kerusuhan di Inggris tempo hari karena misinformasi di media sosial bahwa pelaku penusukan di Southport adakah pencari suaka yang datang secara ilegal, Muslim pula. Kebetulan situasi sosial sedang diwarnai prasangka oleh sebagian masyarakat negeri itu (¬ lihat BBC Indonesia).

Tinggalkan Balasan