Ihwal Anwar Usman, tak perlu gerakan koin keadilan

Anwar menang sebagian di PTUN. Tapi tak bisa memimpin MK lagi. Maunya, MK bayar uang paksa Rp100 per hari.

▒ Lama baca < 1 menit

“Siapa itu, Usman siapa, eh apa Anwar ya, oh ya Anwar Usman, kok aneh ya, Mas,” kata Kamsi saat ngeteh sore.

“Nggak aneh. Biasa saja. Ya makanannya, ya pakaiannya. Lumrah kayak orang lain,” sahut Kamso.

“Itu lho Mas, kok nggak malu nggugat pencopotan dirinya dan minta batalin penggantinya di MK. Bahkan dia minta jabatannya dipulihkan.”

“Itu hak dia. Apalagi dia ahli hukum. Ada jalan untuk itu. Namanya PTUN. Ada lucunya juga tapi PTUN nolak, Anwar nuntut Suhartoyo eh MK bayar uang paksa Rp100 per hari kalo nggak mengeksekusi putusan. Kalo permintaan itu dipenuhi PTUN, mungkin bakal ada koin keadilan kayak Prita dulu.”

“Mestinya dia tahu diri, kan nggak dipecat dari MK.”

“Kata Jimly dulu, kalo MKMK mecat, Anwar bisa banding. Kalo menang piyé?”

“Oh gitu ya? Atas nama hukum, orang bisa lakukan apa aja. Nggak ngukur patut apa nggak. Lantas ada kabar, dia bukan Ketua MK tapi masih ngantor di ruang ketua, masih pake fasilitas ketua termasuk mobil dinas dan sopir. Kok bisa ya?”

“Kabarnya sih udah beres, Jeng.”

“Karena jadi berita ya? Mestinya demi kepatutan, begitu dicopot sebagai ketua lalu yang bukan haknya dia balikin dong.”

“Kepatutan menurut siapa?”

Gambar praolah: Detik

Kado ultah ke-21 MK: Anwar Usman menang, Suhartoyo tidak sah

4 Comments

Junianto Jumat 16 Agustus 2024 ~ 14.22 Reply

Oh, mulo Joko Widodo ngasak ngoten niku….

Junianto Kamis 15 Agustus 2024 ~ 22.04 Reply

Kepatutan menurut orang waras, jawab gitu, dong, Tante Kamsi.

Pemilik Blog Kamis 15 Agustus 2024 ~ 23.36 Reply

Titipan jawaban: sapunika jaman edan, sinten ingkang waras mboten ketingal. 🙈

Tinggalkan Balasan