Misalnya talas ditulis “tallas” dengan dobel “l” maka rokok berfilter dalam gambar di atas boleh berjenama ala Amerika: Dallas, bukan Dalas. Padahal di sana tak ada rokok dari daun talas, yang boleh disingkat dalas.
Hmmm… sigaret tanpa tembakau, hanya dari dalas. Sekitar tiga tahun belakangan bermunculan. Karena tanpa tembakau maka cukainya nol persen. Hal itu disebut dalam pita cukai yang tak memuat harga banderol.
Rokok dalam bentuk lain, berupa uap, yang mengandung nikotin terkena cukai. Begitu pula dengan stik tembakau kering yang dipanaskan secara elektris. Saya belum tahu apakah permen tipis yang menempel lidah padahal ada nikotinnya juga terkena cukai.
Bagi pemerintah, rokok dalas mungkin merepotkan. Untuk Kemenkes, apa pun yang berupa asap hasil pembakaran, lalu masuk ke tubuh manusia, itu berbahaya. Tak beda dari asap knalpot dan asap pembakaran sampah.
Sedangkan bagi Kemenkeu, rokok nirtembakau bebas cukai berarti tak menambah penerimaan negara. Mungkin karena saat ini rokok dalas belum banyak penggemarnya maka cukai belum dianggap perlu.
Apakah kelak rokok talas akan populer? Saya tidak tahu. Menurut kalangan perokok yang sudah mencoba, rasa dalas tak seenak tembakau. Saya tak tahu apakah kelak ada perisa mirip tembakau sehingga perokok merasa mengasap seperti sebelumnya. Kalau konsumen dalas terus bertumbuh mungkin Kemenkeu akan bergerak.
Politik cukai punya dua sisi koin. Pertama, untuk pemerimaan negara bukan pajak — ya, seperti meterai. Kedua, untuk membatasi konsumsi barang tertentu, seperti terhadap produk hasil tembakau dan minuman beralkohol, dan nanti minuman berpemanis.
Kalau penerimaan cukai rokok di bawah target, mestinya pemerintah senang — dengan catatan karena konsumsi berkurang. Yang menjadi masalah, penerimaan cukai turun karena orang beralih ke rokok bercukai rendah bahkan ke rokok ilegal tanpa cukai. Ada juga yang ke sigaret tingwé.
Rokok selalu punya pro-kontra. Misalnya ketenagakerjaan versus kesehatan, namun saya belum mencari tahu perbandingan sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret kretek tangan (SKT). SKM, seperti pada umumnya rokok berfilter, tidak padat karya. Fungsi filter pada rokok adalah agar jari dan bibir tak kepanasan.
Soal kesejahteraan petani tembakau, muncul ledekan petani mana karena impor tembakau terus berlangsung. Sila lihat data BPS dan peringkasan dalam Databoks Katadata.
Apapun nilai buruk rokok, industri ini punya banyak jejak. Dari aneka desain bungkus rokok hingga lukisan koleksi lukisan para juragan tembakau — yang terkenal adalah Dokter Oei Hong Djien (OHD), ahli patologi anatomi, punya museum seni rupa di Magelang, Jateng.
Jejak lain? Bank BCA yang dahulu milik keluarga Sudono Salim, kemudian dirawat oleh BPPN, dan akhirnya dibeli oleh Djarum.
Adapun salah satu artefak berharga dalam soal rokok adalah rokok bermerek dengan label kemasan Istana Presiden dan Istana Wakil Presiden Republik Indonesia. Saya tak tahu kapan persisnya rokok kepresidenan ini berakhir — apakah setelah reformasi? Padahal setahu Anda, siapa sajakah presiden Indonesia yang merokok?
Saya tak tahu masa depan industri rokok, termasuk dalas, akan bertahan sampai kapan. Analis saham perusahaan rokok mungkin dapat memprediksi. Namun yang pasti, saham pabrik rokok di jalur Tbk tidak termasuk saham yang sesuai syariat.
¬ Bukan tulisan berbayar maupun titipan dari kalangan mana pun, termasuk industri, kubu pro-tembakau, dan kubu anti-tembakau