Lagu Paman Tukang Kayu, bukan tukang tebang

Ada tukang kayu, tukang mebel, dan blandhong. Tukang mebel takkan tega menebang pohon besar tua, apalagi kalau ia sarjana kehutanan.

▒ Lama baca < 1 menit

Jokowi tukang mebel, bukan tukang kayu apalagi blandhong

Saya waktu bocah sering melihat tukang kayu bekerja. Bahkan sepulang sekolah saya pernah menunggu lama untuk memastikan cara dua tukang meneruskan pembelahan kayu dengan gergaji supaya tidak memotong kayu palang penopang.

Dua tukang itu bekerja di atas dan kolong panggung, memegangi pangkal dan ujung gergaji besar come to you come to me.

Jokowi tukang mebel, bukan tukang kayu apalagi blandhong

Setelah tua kadang saya lihat video ringkas bertukang, termasuk perkayuan, di YouTube dan X. Kadang juga di TikTok dan Instagram. Sudah saya praktikkan? Belum.

Satu praktik yang membuat saya puas adalah saat kuliah, membuat rak buku kayu sengon, dengan interlocking sederhana, saya sambungkan dengan pasak bambu. Namun setelah jadi, raknya tidak siku tegak lurus. Saya tak memasang penyiku saat merakit.

Pekerjaan tukang kayu itu menarik. Dahulu ketika mainan belum banyak, dan belum ada gawai, anak kecil sering menonton tukang kayu bekerja. Karena menarik maka ada lagu tentang tukang kayu.

Eh, mari berbelok bincang. Dalam perkayuan ada juru tebang (Jawa: blandhong), tukang kayu (khusus bangunan), dan tukang perabot atau tukang mebel.

Jadi? Yang pintar menebang pohon, setidaknya memangkas cabang dan dahan di ketinggian, adalah blandhong. Lalu yang bisa memanfaatkan kayu sebagai perabot ya tukang mebel. Kalau untuk kusen pintu dan jendela, sekalian daun pintu dan jendela, tentu tukang kayu.

Kabarnya pekerjaan terakhir itu, tukang kayu, makin terancam oleh kusen dan daun pintu aluminium, UPVC, dan bahan lain termasuk conwood yang pemasangannya lebih mudah.

Lantas mungkinkah seorang tukang mebel menggarap pohon besar tua? Sangat mungkin. Dia bisa menggerakkan tim. Untuk pangkas cabang dan dahan ada juru tebang. Dahan bisa dia olah jadi tiang kapstok mantel dan topi bergaya kayu alami.

Menebang pohon? Eman. Sayang. Apalagi kalau tukang mebelnya sarjana kehutanan, berijazah asli pula. Lebih menyenangkan minta dibuatkan tangga untuk memanjat, sampai di atas bisa duduk cari angin.

Eh, kalau pohonnya beringin bukannya bisa jadi Tarzan memanfaatkan akar gantung? Nggak asyik. Enak pakai tangga ke surga, sambil mendendangkan lagu masa muda “Stairway to Heaven”. Biarkan orang lain menyiapkan tangga, atau tangga tali dari helikopter, karena mereka adalah loyalis.

3 Comments

Junianto Rabu 14 Agustus 2024 ~ 22.54 Reply

Pengen tahu komentar seorang kawan saya, di Solo, jika baca konten ini….

Pemilik Blog Kamis 15 Agustus 2024 ~ 00.52 Reply

Nebang pohon tuh susah lho. Makanya banyak video lucu orang nebang pohon krn salah perhitungan.

Dulu bapak saya pernah marah saat orang yang disuruh nebang pinus bekerja ngawur. Meski batangnya lurus, hasil tebangan si semprul itu, sebagian demi sebagian, menjatuhi pagar kawat ram baru sehingga rangkanya bengkok, lalu kawat ram jadi berantakan.

Tinggalkan Balasan