Popcorn, berondong jagung, dan jagung berondong

Popcorn jelas lebih gaul ketimbang berondong jagung apalagi jagung berondong. Padahal barangnya sama. Kalau berondong ganteng?

▒ Lama baca < 1 menit

Popcorn itu lebih mengurban. Kalau berondong jagung lebih merural. Ejekan ini sudah muncul abad lalu, 1980-an. Saya pernah membaca lebih dari satu artikel kolumnis awal 1990-an soal itu. Intinya: sebagian orang nyaman menyebut popcorn karena menganggap berondong jagung itu udik, jadul, tidak keren.

Apakah hari ini masih demikian? Kesan saya sih masih. Saya bilang berondong bisa bikin pramuniaga kafetaria bioskop tersenyum haru.

Bahasa juga menyangkut kenyamanan, antara lain karena kebiasaan. Sebagian wartawan ketika membahas pekerjaan, misalnya dalam rapat maupun grup percakapan virtual, masih menyebut “deadline“. Padahal ketika menulis berita dan naskah video mereka menggunakan kata “tenggat”.

Mungkin deadline dan tenggat memang persoalan inkonsistensi memilih kata, namun bukan lantaran ketidaktahuan bahasa. Ini soal kenyamanan. Dalam menulis, termasuk untuk blog, saya menyebut “ponsel”. Namun dalam percakapan lisan dan teks via WhatsApp saya menyebut “hape”.

Berbeda dari penyebutan popcorn maupun berondong, dalam hal ponsel dan hape, serta deadline dan tenggat, tak ada urusan kata mana yang lebih keren. Ini persoalan empan papan, situasional.

Popcorn, berondong jagung, dan jagung berondong

Lalu, menyangkut berondong, mana sebutan yang tepat untuk popcorn: berondong jagung ataukah jagung berondong?

Kata pop dalam popcorn adalah meletup, suatu hal yang terjadi saat biji jagung dipanaskan. Misalnya pun bukan meletup boleh disebut meletus atau meledak. Jika merupakan rentetan letusan boleh disebut berondong, sebagai tindakan dapat disebut memberondong.

Misalnya pengandaian tadi benar, maka popcorn dalam alih bahasa berprinsip MD—DM (¬ lihat Wikipedia) menjadi jagung berondong, seperti yang tertulis dalam foto kemasan popcorn Oishi.

Akan tetapi, seperti saya sebut dalam awal tulisan, kita terbiasa menyebut berondong jagung, bukan jagung berondong. Bahwa dalam perjalanan waktu likuran tahun terakhir kata berondong menjadi sebutan untuk pria kekasih yang lebih muda, itu lain soal. Eh, itu malah soal dan tepat ding. Yang muda yang meletup, biji jagung kecil langsung membengkak ketika dipanaskan.

Saya belum mencari tahu apakah popcorn lain, yang dijual dalam kemasan awet tertutup, menggunakan istilah jagung berondong ataukah berondong jagung. Kalau versi praolah, masih berupa jagung mentah, yang dikemas Indomaret sih hanya bertuliskan pop corn.

Penyebutan nama produk, yakni jagung berondong, menyangkut aspek legal. Salah satu payungnya adalah Peraturan BPOM No. 31/2018 tentang Label Pangan Olahan, yang antara lain mengatur penggunaan bahasa Indonesia untuk nama produk jika sudah ada padanannya untuk nama asing (Pasal 7). Soal popcorn praolah Indomaret tanpa padanan Indonesia tadi entahlah.

¬ Infografik: Istana UMKM BPOM

Tinggalkan Balasan