“Ada nomor member-nya, Pak?” sering menjadi pertanyaan ramah Mbak Kasir toko dan layanan apa pun kepada kita. Kadang malah tanpa kata “nomor”. Lalu kita pun langsung paham bahwa member adalah anggota.
Dalam percakapan lisan kata asing yang tadi sudah biasa. Kelak ketika menjadi bahasa tulis, member tidak ditulis kursif atau cetak miring melainkan tetap tegak. Member bukan member.
Eh, siapa yang menetapkan? Badan Bahasa yang menyusun dan memutakhirkan lema Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Mulai kapan? Entah.
Itulah pengandaian saya. Istilah member sangat mungkin kita serap apa adanya seperti halnya program, platform, master, dan merger karena mudah diucapkan dan ditulis, serta ringkas.
Member mudah ditulis karena susunan hurufnya bersahaja, tak ada konsonan maupun vokal rangkap macam blogger yang akhirnya diserap sebagai bloger.
Memang, “member” yang ringkas, karena terdiri atas dua suku kata, tak akan meniadakan “anggota” yang berisi tiga suku kata. Kedua kata tersebut akan saling melengkapi untuk memperkaya tuturan. Selebihnya silakan Anda pelajari pedoman umum pembentukan istilah dari versi ke versi.
Tiba-tiba saya membayangkan KBBI menyerap member karena tadi siang di Indomaret kasir menanyakan nomor keanggotaan dan saya melihat tulisan besar “member” di atas rak.
Oh ya, orang berbadan tetap, berambut cepak, yang merasa korpsnya adalah kelompok mahasakti berkasta tertinggi dalam masyarakat, takkan pernah menghardik, “Saya member! Situ mau apa, hah?”
Dia akan bilang “anggota”. Maksudnya anggota koperasi.
4 Comments
Saya satu kali lewat koordinator. Belakangan tahu, koordinator kadang nakal, nyunat uang titipan🙉
Watuk saget dipun obat.
Menawi watak, sisah.
Abad lalu, tiap dua pekan saya melaju Jakarta-Solo naik sepur bisnis Senja Utama, tanpa karcis alias nembak alias nyuap kondektur. Biasanya saat kondektur mulai muncul, para penembak karcis ngumpul di bordes untuk membayar, agar tak terlihat penumpang berkarcis. Tarif nembak “anggota” lebih murah dibanding sipil eh warga umum
Suatu saat, saya bilang bahwa saya “anggota”, agar ongkos nembak turun. Eh, Pak Kondektur tertawa. “Anggota kok kurus, dan gondrong,” katanya.
Anggota yang desersi.
Mr Wong Kanjeng Mio dulu juga kadang nembak melalui koordinator.