Kontroversi nasi jagung untuk makan gratis

Wacana nasi jagung untuk makan gratis dari Prabowo jadi bermakna politis dalam benak publik.

▒ Lama baca < 1 menit

Kontroversi nasi jagung untuk makan gratis

Adakah yang salah dengan nasi jagung? Sama sekali tidak. Ini soal selera. Ada yang suka dan tidak. Atau hanya bersedia menyantap jika tak punya pilihan. Dalam kelompok tak suka namun terpaksa itu termasuk orang yang harus diet demi kesehatan.

Lalu salahkah usul Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, agar nasi jagung menjadi bagian dari program makan bergizi gratis Prabowo Subianto nanti? Tidak.

Lantas kenapa jadi ramai, bahkan ada yang meledek soal makan gratis berupa nasi jagung itu? Biasa, soal konteks politik. Padahal Muhadjir memaksudkan diversifikasi pangan saat berpidato dalam panen raya jagung hibrida di Ponorogo, Jatim.

Apakah harga nasi jagung lebih murah daripada nasi beras? Tergantung jenisnya. Sebagai bahan mentah siap masak, yakni beras jagung, harga kemasan 5 kilogram Rp75.000 sampai Rp185.000. Sedangkan harga beras padi, dengan bobot kemasan sama, untuk yang premium Rp85.000 ke atas.

Lalu apa masalahnya? Program makan gratis dari presiden terpilih Prabowo Subianto. Kaum yang tak suka memanfatkannya sebagai bahan serangan. Padahal bukan Bowo yang mengusulkan nasi jagung. Persoalannya adalah apakah nanti rasa nasi jagung itu enak dan bergizi cukup, begitu pun lauknya, sehingga anak-anak doyan?

Belajar untuk bersikap adil terhadap pihak yang kita sukai, apalagi tidak kita sukai, itu berat. Kata Goenawan Mohamad 26 tahun silam, ketika majalah Tempo terbit kembali pada masa reformasi: kita tidak dapat memonopoli kebenaran karena kebenaran juga ada di pihak yang tidak kita sukai.

¬ Foto nasi jagung: Cookpad Widjie Astuti

Tinggalkan Balasan