Gantungan kunci? Sebenarnya kita selalu butuh

Tadi sore saya dapati sebuah gantungan kunci, dari bahan plastik seperti bantal yang isinya angin, amat enteng, di dekat saklar lampu meja. Maka saya pun ingat kesan saya tentang gantungan kunci sebagai oleh-oleh.

Hal itu pernah saya tulis, setelah menemukan gantungan kunci berupa pemotong kuku karatan, pada 2022. Intinya, dulu ketika belum banyak orang pergi ke luar negeri, padahal sebelum berangkat banyak yang minta oleh-oleh, maka gantungan kunci adalah pilihan praktis.

Tetapi bagi penerima oleh-oleh kurang diapresiasi. Mereka merasa dapat buah tangan generik, tanpa peduli bahwa itu hasil membeli, untuk banyak orang pula.

Malam ini saya tahu dari istri saya bahwa gantungan kunci itu dari Jogja, seorang ibu membeli sekantong di sana, lalu dibagikan ke siapa pun yang mau. Maka pertanyaannya apakah setiap orang mau? Ternyata begitu.

Lebih dari sekali saya kebingungan cari gantungan kunci yang menganggur. Tempo hari waktu mengganti gembok sepeda, saya sampai memanfaatkan seutas cable tie untuk gantungan kunci. Bulan lalu saya memanfaatkan klip besar, untuk sementara, sebagai gantungan kunci gembok pintu.

Akhirnya kita tempuh cara darurat namun bisa abadi karena kita malas mengganti. Saya sebelas tahun lalu pernah memotret bungkus kopi untuk gantungan kunci loker di kantor saya. Entah bagaimana nasib gantungan kunci itu kemudian.

Ketika kita sedang tidak butuh, gantungan kunci bisa datang sebagai pemberian tetapi kita abaikan. Kemudian ketika kita kemudian butuh, apa pun kita jadikan gantungan kunci.

Gantungan kunci yang saya temukan tadi sore pasti suatu saat pasti berguna. Dengan syarat barangnya tidak terselip atau hilang.