Seperti biasa, ilustrasi sampul majalah Tempo edisi terbaru ini nakal. Wajah Presiden Joko Widodo dikemas dalam keremangan, tertutup telapak tangan, namun sebelah mata tertampak dari celah jari, memancar, disertai senyuman.
Terasakan ekspresi orang banyak akal panjang pikir. Cerdik, kata yang suka. Licik, kata yang tak suka, benci, termasuk kaum yang sebelumnya mendukung Jokowi.
Nawacita, artinya sembilan agenda besar Jokowi, oleh Tempo dipelesetkan menjadi nawadosa. Redaksi punya alasan mengapa mengangkat laporan evaluatif perihal sepuluh tahun Jokowi berkuasa.
Tentang laporan ini, pembaca boleh setuju maupun tak sepakat, sebagian maupun seluruhnya. Jokowi pun demikian, boleh girang maupun anyel.
Media berhak memuji maupun mengkritik pemerintah. Di atas kertas, itu soal mudah. Namun dalam praktik bukanlah pasal simpel. Ibarat kata, orang yang dikritik bersikap biasa, tetapi pengikutnya tak terima lalu melakukan persekusi.
Mengkritik tokoh yang sedang dalam puncak digemari publik itu tak mudah. Karena bagi pendukung kelas pejah gesang ndhèrèk sang tokoh, setiap langkah dan kebijakannya pasti benar, setiap kesalahan dirinya mudah ditenggang bahkan dimaafkan.
Tokohnya bisa Sukarno, bisa Soeharto, dan siapa saja dalam lingkup lebih ciut.
Β¬ Hak cipta gambar oleh Majalah Tempo, dimuat di sini tanpa izin. Maaf dan terima kasih.
2 Comments
Mau komentar, tapi enggak jadi saja….
ππππππ