Pagi tadi istri saya tertawa kecil, sambil mengatakan kepada putri sulung kami yang akan berangkat kerja ke luar kota, “Dulu kamu waktu kecil punya mainan banyak dari MacD dan Wendy’s. Kamu maunya yang ada hadiahnya.”
Tadi istri saya melihat mainan dari McDonald’s, masih terbungkus plastik, tergeletak di atas meja. Mainan itu bonus makanan si sulung tadi malam.
Maka pertanyaan dalam judul berlaku bagi Anda yang berusia 40 ke bawah, generasi yang mengalami aneka mainan dari bundel paket makanan, dari aneka keripik sampai burger dan ayam goreng. Anak-anak bilang itu hadiah, bonus. Padahal orangtuanya tahu semuanya sudah dihitung dan dipersiapkan perusahaan dalam anggaran promosi pada akhir tahun sebelumnya.
Orangtua membeli makanan berbonus karena sayang anak. Tak hanya makanan tetapi juga bacaan. Dulu, abad lalu, sebuah koperasi karyawan perusahaan penerbitan di Palmerah, Jakpus, juga menjual aneka komik Disney lisensi Indonesia. Untuk buku saku komik Donal Bebek sering ada bonusnya, salah satunya kit walkie talkie beneran yang disisipkan secara berseri.
Tak ada anak-anak yang masuk ke toko koperasi itu. Tetapi bonus untuk bacaan anak, terutama dari serial Disney, sering hilang — aneh, yang walkie talkie malah tidak. Padahal salah satu pemancing orang untuk membeli, selain konten dan bonus, adalah karena punggung komik jika dijejerkan di rak akan membentuk sebuah gambar. Efek puzzle punggung buku ini tak menarik bagi penilap bonus.
Oh ya, jika Anda berusia di bawah 40, apakah kini koleksi mainan bonus mengudap itu masih selamat?