“Oh, lupa. Ketinggalan di mobil. Tadi Bu P sambil jalan nganter aku, dia metikin sawo di halaman rumahnya, katanya buat Mas. Cuma satu sih,” kata istri saya sambil meletakkan kunci di tempatnya.
Seminggu kemudian, malam hari, dia temukan sawo itu di mobil. Lalu buah itu dia serahkan kepada saya, “Udah kering, keriput, nggak bisa dimakan.”
Saya tak langsing membuang sawo keriput itu. Ada dorongan ingin tahu seperti apa kalau saya potong, bukan saya belah. Saya ingin tahu rasanya. Juga, saya ingin memotretnya untuk memuaskan hasrat sebagai pria iseng.
Sawo saya potong. Bagian dalam belum busuk. Saya cicipi sedikit. Ada rasa alkohol keras dari daging buah yang terlalu masak. Tidak sehat untuk dimakan. Tetapi keingintahuan saya terpuaskan.
Tentang sawo keriput, yang pertama bertaut dalam benak saya adalah lagu “Keriput” dari Arumtala. Saya terkesan akan judulnya dan kemudian liriknya.
Bila tiba waktunya / Rambutku ‘kan memutih / Kulitku pun akan berubah keriput / Apakah engkau masih mengagumi parasku / Melihat aku tetap cantik
Dalam “Masuk Angin”, Arumtala berdendang canda: Setiap kali diajak pergi / Keluar malam pulangnya pagi / Bukan tak mau bersosialisasi / Ku hanya takut tak mampu lagi / Bertahan melawan dingin angin malam / Apalagi nongkrong sampai pagi /
Bukannya congkak sering menolak / Ku hanya sadar hampir senja usia
Saya tak tahu ada berapa lagu pop Indonesia yang membahas usia. Kata Slank: Jangan menjadi tua / Tua membosankan / Menolak untuk tua / Jadi tua itu menyebalkan
Adapun menurut Seringai dalam “Alkohol”: Usiaku tak bertambah muda / Sikapku menolak tua / Energiku oktan tinggi /Bakar nafsu, tetaplah muda
Semua orang kalau bersedia jujur enggan menjadi tua. Atau emoh tampak tua. Bapak-bapak sejak zaman dahulu punya guyon garing yang membuat perempuan mènjeb ngécé: “perut ke atas 60, ke bawah 17”. Itu sebuah harapan, imajinasi, bahkan mungkin obsesi. Jika pun misalnya urusan seks dalam usia tua masih lancar, apakah harus diwartakan kepada orang lain?
Setiap orang ingin terlihat jauh lebih muda dari usianya. Wajar, karena menyangkut rasa percaya diri. Maka banyak tokoh yang sudah lansia memakai rambut tanam, hitam lebat pula; dari artis, politikus, sampai jenderal purnawirawan — bahkan ada yang sangat ketat merawat wajah, bila perlu dengan bedah plastis.
Semua itu wajar. Saya misalnya ada uang mungkin juga akan melakukan upaya pemudaan diri, termasuk mempermuda usia tubuh, semoga sama dengan usia kronologis.
Lalu apa manfaatnya tampak muda, eh maaf… tampak belum setua angka tahun kelahiran? Entah. Karena saya belum membuktikan. Saya masih menjadi sawo dan sejauh ini nrima menurut istilah Jawa.
2 Comments
Saya emoh tampak tua, karena itu ke mana-mana, tiap hari, naik motor trail😁.
Tapi trailnya trail tua.🙈
Yang penting muda di hati 🙈