Tadi malam (17/7/2024) saya mendapat oleh-oleh sekotak roti Unyil. Saya terkesan oleh tulisan tanggal produksi secara manual dengan spidol. Bagi saya hal itu menarik karena setahu saya toko roti di Bogor itu selalu dipenuhi pengantre. Maka saya membatin mengapa teraan tanggal produksi tidak memanfaatkan stempel maupun stiker.
Di sisi lain kita kadung kebal dengan aneka kode batang (barcode), kode QR, dan cetakan laser pada stiker label dan kemasan. Maka kehadiran tulisan tangan menjadi selingan, ada bukti unsur manusia.
Tulisan tangan sebagai jejak kehadiran manusia itu seperti yang saya dapati dalam kemasan biji kopi. Jenis kopi dan ragam pengolahan biji ditulis dengan tinta spidol permanen. Selama ini peneraan pada aneka kemasan yang menggunakan tulisan tangan sering berlaku untuk check mark atau tanda centang.
Untuk kemasan roti Unyil, informasinya praktis. Cukup tanggal produksi dengan spidol, kemudian informasi kedaluwarsa cukup dalam teks umum di pojok kanan atas. Tertulis di sana “baik dikonsumsi maksimum 3 hari dari tanggal produksi”.
Lalu apakah cara semi-masinal, misalnya peneraan stempel kalender dengan tangan memegang alat, bukan oleh penaraan otomatis dalam ban berjalan, pasti lebih akurat? Belum tentu. Saya pernah mendapatkan jenang kudus dengan tanggal kedaluwarsa 30 Februari. Kalender dalam komputer dan ponsel hanya mengenal 28 dan 29 Februari.