“Hukuman buat SYL tuh adil nggak Mas?” tanya Kamsi.
“Buat hakim sih adil. Lebih ringan dari tuntutan jaksa sih. Dituntut dua belas tahun dapet sepuluh tahun dan denda ditambah ganti rugi. Nggak tau bakal banding apa nggak,” jawab Kamso.
“Tapi kenapa SYL sebelumnya minta putusan bebas?”
“Lha itu kan hak terdakwa buat nawar melalui pembelaan, Jeng.”
“Enak ya, kayak jual beli. Padahal keluarganya memanfaatkan fasilitas yang sebenarhta nggak berhak tapi pake duit negara.”
“Tawar menawar adalah bagian dari kehidupan. Lagian SYL merasa nggak terbukti bersalah.”
“Kalo gitu kayak Ahyudin ACT dong Mas, dalam sidang sebelum vonis sudah minta dibebaskan.”
“Lagi-lagi itu kan hak terdakwa. Termasuk hak untuk merasa nggak terbukti bersalah. Kebetulan ada alasan lain, dia harus menghidupi empat belas anak. Akhirnya Ahyudin dapet tiga setengah tahun. Segera bebas, ketemu anak-anaknya lagi.”
“Kenapa punya anak sampai belasan, terus mau dibiayai secara nggak halal?”
“Lha dia dan istri-isttunya kan sama-sama subur, Jeng. Tadi Jeng hanya kenapa punya belasan anak kan? Kalo soal kehalalan biaya buat anak, aku nggak tau.”
¬ Gambar praolah: Tribunnews, Tempo, Unsplash