Foto pesawat tempur TNI AU kok dijual

Kalau ogah beli foto pesawat tempur sedang beraksi silakan memotret sendiri. Atau pakai AI asal menyebutkan dalam kapsi.

▒ Lama baca 2 menit

Foto pesawat tempur TNI AU kok dijual

Foto vertikal dari Antara Foto yang dimuat di koran Kompas (10/7/2024) ini bagi saya indah. Dua perawat tempur terbekukan gerakannya dalam latar langit biru. Format fotonya memang tegak, sementara dua foto lainnya di laman situs web Antara Foto rebah atau horizontal.

Kapsi versi Kompas:

Pesawat tempur F-16 Fighting Falcon milik SkuadronUdara 3 dan Skuadron Udara 14 melepaskan suar saat Latihan Matra Udara II Koopsud II Sikatan Daya 2024 di Air Weapon Range (AWR) Pandanwangi, Lumajang, Jawa
Timur, Selasa (9/7/2024). Latihan tempur ini diikuti
sedikitnya 700 personel TNI AU dengan 31 pesawat.

Kapsi Kompas lebih ringkas. Sedangkan kapsi Antara Foto lebih panjang dan lengkap, karena memang sebagai foto berita dari penerbit harus demikian, supaya pengguna foto tak bertanya apa, mengapa, dan seterusnya. Bahwa media pelanggan foto akan meringkas kapsi, itu terserah.

Jika suatu media melanggani foto Antara Foto dan agensi foto berita lainnya, kapsi melekat pada EXIF foto. Dalam foto Antara Foto, selain kapsi ada nama fotografer, editor, tanggal, kameranya, dan seterusnya. Lebih dari itu, pengguna legal foto mendapatkan gambar dalam resolusi tinggi.

Foto pesawat tempur TNI AU kok dijual

Jika media menggunakan CMS (content management system) yang layak, saat penulis menyisipkan foto Antara Foto ke dalam artikel maka kapsi akan terangkut. Tak hanya itu, proses pengecilan ukuran dan resolusi (downsizing) serta pemangkasan foto (copping) sesuai kebutuhan visual, misalnya untuk thumbnail web ponsel dan desktop, juga untuk tampilan posting di media sosial, semuanya dapat dilakukan di CMS. Semua jurnalis media daring tahu soal itu. Mereka juga tahu bahwa soal CMS nyaman tadi harus didukung manajemen bank foto foto di redaksi.

Tadi saya sebut penggunaan legal. Artinya redaksi membeli foto secara eceran maupun berlangganan. Maka dalam laman web Antara Foto tercantum harga, Rp500.000—Rp3 juta per foto sesuai resolusi.

Harian Kompas juga menjual foto arsip melalui Kompas Data. Harga sesuai keperluan, dari web sampai buku cetak. Hal sama dilakukan oleh majalah Tempo dan Koran Tempo melalui Tempo Data Science.

Jadi, menjual foto berita dan foto non-berita itu wajar, oleh media maupun agensi foto yang membuka bank fotonya sebagai etalase di depan mata publik. Saya pernah mendengar gerundulan, lha Antara itu kan milik pemerintah, mestinya berita dan fotonya, juga infografik, gratis to…

Status Antara itu perusahaan umum (perum). Seluruh saham dimiliki oleh negara, biaya operasionalnya juga. Sebagai perum Antara boleh melakukan kegiatan penjualan. Untuk menjual foto melalui agensi bernama Antara Foto.

Bagaimana kalau orang dan atau lembaga mau bikin situs berita tetapi tak mau menghasilkan foto yang bagus dengan menggaji fotografer dan tak mau membeli foto berita yang layak dari pihak luar? Embuh. Bertanyalah kepada para juragan dan pemred media berita.

Foto pesawat tempur TNI AU kok dijual

¬ Bukan tulisan berbayar maupun titipan

Tinggalkan Balasan