Tahu diri, menghindari anak bermain bola

Semua orang merasa perlu mengingat hal bagus pada masa lalu, segala macam pengalaman yang berlandaskan kesehatan sampai keuangan.

▒ Lama baca < 1 menit

Kemajuan saya dalam pemulihan fisik tentu ada. Sedikit demi sedikit. Dokter sudah bilang butuh kesabaran dan ketelatenan. Butuh waktu tiga bulan. Maka saya bersyukur dapat berlatih jalan kaki di sekitar rumah.

Masih dekat jarak tempuh saya. Pagi tadi tak sampai satu kilometer. Tetapi lebih jauh dibandingkan kemarin yang hanya 400 meter. Memang sih, usai berjalan maka kepala saya ngliyeng. Kalau tak hati-hati saya bisa jatuh. Masalahnya bukan pada kekuatan kaki melainkan kepala. Maklumlah saraf di kepala saya bermasalah karena virus.

Ketika beberapa hari lalu saya mulai melangkah di luar rumah, yang terbayang adalah berjalan kaki memutari lapangan beton sambil menikmati terpaan mentari pagi. Sayang tidak mungkin. Lapangan selalu berisi anak-anak bermain bola. Agak siang ada juga basket. Maklumlah libur sekolah.

Saya tak berani memasuki lapangan. Saya tahu diri. Dengan raga yang berjalan tertatih-tatih saya akan sulit berkelit dari bola nyasar. Ketika baru beringsut untuk mengelak pun saya bisa jatuh.

Namun tetap ada pendar asa. Nanti saya akan seperti sediakala. Dalam harapan optimistis itu masa lalu dapat dilibatkan. Selama 2016—2019 saya kerap jalan kaki dari Jatibaru ke Monas, memutari kawasan itu lebih dari sekali, lalu kembali ke kantor. Kadang total jeruk tempuh bisa delapan kilometer. Pagi gelap maupun malam.

Tentu saya mentertawakan diri sendiri. Semua orang merasa perlu mengingat hal bagus pada masa lalu, segala macam pengalaman yang berlandaskan kesehatan sampai keuangan, untuk menghibur diri: “Aku pernah…”

Aku dulu pernah. Menjadi pelipur lara ketika hari ini tidak bisa lagi. Dulu saat saya muda selalu heran kenapa orang tua hanya bisa bicara masa lalu. Akhirnya saya tahu: masa depan bukan milik mereka.

5 Comments

Junianto Kamis 4 Juli 2024 ~ 04.27 Reply

Komentar istri saya, duluuuu, saat sudah punya dua trail, dan mau beli trail ketiga : punya dua trail saja nggak pernah bisa numpaki dua sekaligus, kok mau beli satu lagi!

Tapi waktu itu akhirnya dia tidak melarang, karena umur saya belum 60. Jauh sebelumnya dia pernah bilang, saya boleh naik trail hanya sampai usia 60.

Sekarang saya 60, ternyata boleh tetap naik trail, tapi dilarang beli lagi. 😁

Junianto Rabu 3 Juli 2024 ~ 07.41 Reply

Aku pernah punya trail tiga.

Sekarang tinggal satu.

Mau beli lagi satu, dilarang dan dimarahi istri.🙈

Pemilik Blog Rabu 3 Juli 2024 ~ 23.09 Reply

Punya motor tiga. Pernah dipakai bareng sekaligus? 😜

Junianto Kamis 4 Juli 2024 ~ 04.36 Reply

Komentar istri saya, duluuuu, saat sudah punya dua trail, dan mau beli trail ketiga : punya dua trail saja nggak pernah bisa numpaki dua sekaligus, kok mau beli satu lagi!

Tapi waktu itu akhirnya dia tidak melarang, karena umur saya belum 60. Jauh sebelumnya dia pernah bilang, saya boleh naik trail hanya sampai usia 60.

Sekarang saya 60, ternyata boleh tetap naik trail, tapi dilarang beli lagi. 😁

Pemilik Blog Senin 8 Juli 2024 ~ 00.39

Istri yang bijak. Kayak orang punya sepatu lebih dari sepasang kan ndak bisa dipakai bareng, to? 😜

Tinggalkan Balasan