Melangkah ke luar setelah dua bulan di dalam rumah

Ketika menatap pagar rumah dari arah jalan aku merasa seperti pulang bepergian dua bulan. Padahal selama ini aku hanya di dalam rumah.

▒ Lama baca 2 menit

Pengumuman yang memudar

Foto-foto ini bagi orang lain tak penting, tak jelas maksudnya. Aku memotretnya tadi sore pukul empat. Tetapi bagiku penting. Sudah dua bulan aku tak melihat mereka. Dua bulan aku hanya di rumah. Beberapa kali aku keluar, dari gerbang langsung ke Gocar untuk ke rumah sakit, berjalan dan masuk harus dituntun, bahkan pernah dijagai tiga orang supaya aku tak tumbang.

Sore tadi dengan perlahan dan berhati-hati aku melangkah ke luar rumah. Pintu pagar aku buka, lalu aku ekstrawaspada karena ada turunan pendek yang dapat membuatku terhuyung-huyung dan bahkan terjatuh. Selamat dari turunan aku belok kiri sejauh enam meter.

Lalu aku belok kanan, melangkah hampir sejauh sepuluh meter. Sesekali berhenti. Menoleh ke kanan dan kiri. Kemudian balik lagi, pulang ke rumah, karena gerimis tipis mulai turun.

Dua bulan lalu, 27 April sore, gerimis yang lebih tebal dan rapat di depan rumah membuat separuh kepalaku sakit seperti ditusuk ratusan jarum dari dalam. Ya, dari balik tempurung kepala, sebagai reaksi terhadap sapaan rintik-rintik hujan. Saat itu aku belum tahu kalau terserang virus.

Bekas tiang merekah perkutut

Tadi ada juga kesempatan memotret. Termasuk memotret bekas tiang portal yang mempersempit jalan, yang dari tiang kerekan kandang perkutut si bekas tiang itu tampak kurang menepi.

Bekas tiang portal yang membahayakan mobil

Inilah foto-foto jepretanku di luar rumah, dalam udara terbuka, bukan dalam rumah sakit, pertama kali dalam dua bulan ini. Kemarin-kemarin foto dalam blog ini adalah jepretan dalam rumah atau gambar dari internet. Selama dua bulan ini aku hanya di dalam rumah. Antara lain belajar jalan tanpa limbung. Tanpa terguling.

Tak ada masalah dengan kakiku karena tiada cedera. Aku tidak lumpuh seperti orang strok. Yang jadi masalah adalah kepala sebagai pengendali gerak: saraf nomor tujuh dan sembilan rusak digasak virus. Selain lumpuh separuh wajah, termasuk tuli sebelah kiri, keseimbanganku terganggu. Saat berdiri dan memutar badan ke kanan atau kiri pun bisa oleng.

Selama dua bulan aku melihat diriku seperti bayi yang belajar berjalan setelah dapat berdiri. Keseimbangan belum penuh. Ada risiko terjatuh.

Tentu aku lupa bagaimana saat bayi dulu belajar berjalan. Tetapi aku ingat bagaimana sebulan lalu dengan tertatih-tatih aku berlatih untuk berjalan, didampingi suster fisioterapi yang kuat di rumah sakit. Saat itu baru tiga langkah aku hampir ambruk. Padahal hanya berjalan di atas garis dengan dua tangan melurus di depan.

Tahanan pagar Lee Kuan Yew ketika masih segar

Tadi menjelang sampai pintu gerbang aku lihat tanaman pagar meranggas. Dia ikut sakit. Padahal di Google Street View tanaman itu tampak rimbun segar, hasil jepretan enam bulan silam. Melihat pagarku aku seperti orang pulang dari bepergian dua bulan. Ya, dua bulan aku tak melihat pagarku dari arah jalan.

Tanaman Lee Kuan Yew meranggas dan Kodok terakota

Aku belum pernah pergi dari rumahku yang ini sampai dua bulan.

Sekecil apapun kemajuan hari ini, aku sangat bersyukur. Bisa jongkok lalu duduk di atas kanstin got, tanpa terjengkang, untuk memotret bekas tiang portal, bagiku sangat berarti. Terima kasih untuk semua dukungan untukku.

Tanaman Lee Kuan Yew meranggas dan Kodok terakota

2 Comments

Junianto Jumat 28 Juni 2024 ~ 14.07 Reply

Saya senang sekaligus terharu baca konten ini.

Semoga Paman semakin membaik!

Pemilik Blog Jumat 28 Juni 2024 ~ 17.37 Reply

Suwun sanget, Lik Jun 🙏🌹

Tinggalkan Balasan