Menarik, ada situs berita yang rutin membuat lowongan bagi wartawan. Misalnya Poskotanews.co.id, yang diterbitkan oleh PT Nusantara Dua Media, dengan alamat kantor di Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten.
Apakah media tersebut sama dengan Pos Kota yang bermula dari koran, didirikan oleh Harmoko pada 1970, lalu versi daringnya adalah Poskota.co.id? Beda. Penerbit Pos Kota adalah PT Media Antarkota Jaya, berkantor di Kebonjeruk, Jakbar. Namun versi daring Pos Kota ini sempat bernama Poskotanews.com selama 2009—2020.
Kemudian, apakah lowongan kerja wartawan masih menarik bagi generasi milenial dan terutama generasi Z? Saya tidak tahu.
Untuk kelompok milenial (kelahiran 1981—1996), misalnya berminat untuk bekerja di bidang jurnalistik, pasti saat ini sudah menjadi wartawan. Jadi, ada lowongan berarti peluang untuk pindah kerja.
Sedangkan untuk generasi Z (1997—2012), barisan depannya saat ini belum bekerja, atau sudah bekerja namun masih mungkin berganti pekerjaan. Barisan depan, artinya yang termuda, dari generasi ini kurang akrab dengan koran kertas maupun daring. Mereka generasi yang akrab dengan AI untuk menghasilkan tulisan dan berita cukup didapat dari media sosial.
Ketika dua tahun lalu koran tua mapan Kompas membuka lowongan wartawan dan pewarta foto, jelas bahwa itu untuk generasi Z. Desain iklan lowongannya pun memuda. Syarat pelamar antara lain : “digital savvy” dan… “suka traveling, memiliki passion menulis, peduli dan suka membaca”.
Lha mosok jadi wartawan nggak suka baca?