Memanjat gumuk pasir untuk salat Iduladha

Menyenangkan jika masih ada media berita yang peduli fotografi jurnalistik dengan memiliki desk foto dan pewarta foto.

▒ Lama baca < 1 menit

Memanjat gumuk pasir Parangkusumo untuk salat Iduladha

Foto di koran Kompas hari ini (Selasa, 18/6/2024) membuat saya terkesan. Setiap Iduladha, salat di gumuk pasir Pantai Parangkusumo, Bantul, DIY, menjadi bidikan pewarta foto. Bidikan Fergananta Indra Ratmoko menyodorkan pembekuan gerak seorang ibu menuntun anak lelakinya mendaki bukit kecil. Si bocah tertawa. Demikian pula ibunya, mungkin tersenyum, mungkin tertawa.

Memanjat gumuk pasir Parangkusumo untuk salat Iduladha

Walakin terpajang di edisi cetak, foto ini tak ada dalam galeri di aplikasi maupun laman web Kompas.id. Namun dalam galeri berisi 14 foto tersebut ada satu foto yang membuat saya terkesan: posisi penjual es krim dalam bersembahyang. Dia di luar saf perempuan tentu saja. Harus.

Dari sisi bloking dan komposisi, foto ini menarik. Dari sisi cerita pengisahan minat insan (human interest) di mata pembaca, foto penjual es krim tersebut mengundang permenungan tentang kerja dan ibadah, pun kerja sebagai ibadah.

Kapsi foto penjual es krim: “Seorang penjual es krim bersama warga lainnya menunaikan shalat Idul Adha 1445 Hijriah di gumuk pasir Parangkusumo, Bantul, DI Yogyakarta, Senin (17/6/2024).”

Penjual es krim dalam salat Iduladha di gumuk Parangkusumo

Menyenangkan jika masih ada media berita yang peduli fotografi jurnalistik dengan memiliki desk foto dan pewarta foto. Masa sih media berita pakai foto asal comot dari sumber lain, dan lebih sering menampilkan foto ilustrasi dari arsip sendiri maupun media lain.

Tinggalkan Balasan