Petani? Saya tahu. Sawah, gabah, dan beras? Tentu saya tahu. Tetapi sejujurnya saya sangat berjarak. Pertanian tak sepenuhnya saya pahami. Yang saya tangkap dari berita pun kulitnya, sekilas pula. Data menyangkut pangan bisa saya cari dan dapatkan tetapi hanya singgah sepintas di benak sebagai kulit ari pengetahuan yang akan mengelupas.
Dari media saya dapatkan info seputar pertanian. Paling mudah didapatkan adalah kabar seputar fluktuasi harga beras, panen, kelangkaan pupuk, dan nilai tukar petani. Tetapi kini berapa banyak media umum yang menggarap laporan pertanian secara mendalam, dengan data dan drama minat insani?
Saya tak tahu apakah setiap media daring sekarang punya editor yang paham banget soal pertanian, tak hanya sebatas padi? Jangan-jangan pembaca berita sekarang melebihi saya: tak butuh berita seputar pertanian kecuali tip dan kiat agrobisnis. Tak perlu berita serius karena mereka merasa tak ingin jadi legislator maupun kepala daerah.
Saya teringat masa jaya media cetak. Banyak koran yang punya wartawan paham pertanian. Misalnya Suara Karya dan Kompas. Wartawan Kompas biro Jabar, Her Suganda, menurut kesan saya paham banget ihwal pertanian. Begitu di sebuah kecamatan terjadi kelangkaan pupuk, atau sawah puso, dia langsung ke lapangan, mengembangkan berita.
Juga menurut kesan saya, koran lokal dulu punya wartawan yang paham pertanian dan perdesaan. Tetapi apakah dahulu pembaca peduli? Saya tak tahu. Di media cetak, nasib tulisan di mata pembaca hanya diketahui dari survei dan diskusi kelompok terfokus. Dalam era media berita daring, penelisik data dapat menggali banyak hal tentang pembaca dan nasib konten.
Pekan ini Kompas mengangkat serial pertanian padi dalam tiga belas tulisan mendalam. Ada satu laporan lengkap yang membuktikan bahwa keterperurukan penggilingan gabah (selepan) lokal di perdesaan telah membabat putaran uang. Saya tak pernah membayangkan bahwa pembelian gabah oleh penggiling besar dari luar daerah akan mengubah peta ekonomi desa.
Soal pertanian, soal perdesaan, ternyata asing bagi saya.