Lansia bekerja untuk keluarga, dan lansia ditopang anak

Hidup tak selamanya mudah. Pada tingkat dasar, ketersediaan uang untuk pangan, sandang, papan, juga kesehatan, belum dimiliki lansia maupun anaknya.

▒ Lama baca < 1 menit

Nasib lansia dan generasi Z di Indonesia

Awal pekan ini selama dua hari Kompas mengangkat paket laporan 13 tulisan, atas nama jurnalisme data, bertema lansia. Kalau saya bilang sudah sewajarnya — bukan seharusnya — media berita bikin konten macam itu, mungkin ada yang protes. Meminjam gaya Prabowo, “Sewajarnya endhasmu!”

Nasib lansia dan generasi Z di Indonesia

Nah, bertaut dengan laporan Kompas, jika Anda adalah lansia apakah masih menanggung anak? Ada kutipan dari Agus Sunarto (61), pengojek daring di Tangerang Selatan, Banten:

“Saya kerja keras kayak gini karena menanggung dua keluarga. Suami anak saya sudah meninggal karena sakit dan meninggalkan tiga anak.”

Setidaknya saban hari dia menempuh 15 kilometer lebih, mengejar target Rp200.000 per hari.

Nasib lansia dan generasi Z di Indonesia

Jika Anda, atau teman atau sepupu Anda, adalah generasi Z, apakah menanggung orangtua yang sudah lansia, yang pendapatannya makin geripis?

Saya lupa dalam hiruk pikuk kampanye Pilpres 2024 seberapa jauh masalah lansia ini dibahas: lansia yang terbebani anak maupun lansia sebagai beban bagi anak.

Bicara bonus demografi 2030—2040 tak lepas dari generasi roti lapis: mereka menanggung hidup mereka sendiri, anak-anak mereka, dan orangtua mereka.

Nasib lansia dan generasi Z di Indonesia

Tetapi tanpa menunggu era bonus demografi — artinya penduduk usia produktif (15—64 tahun) lebih besar dari usia nonproduktif (65+) — pun drama roti lapis atau sandwich sudah berlangsung. Secara ekonomis, ortu dijepit anak sendiri dan sekaligus ditekan simbah dari anaknya. Anak-anak belum bisa mencari uang, simbahnya sudah tak punya penghasilan.

Nasib lansia dan generasi Z di Indonesia

Dalam kasus Agus, Kompas menulis, “Demi anak cucunya itu, dalam sehari Agus bekerja lebih dari tujuh jam. Jam kerja Agus ini melebihi ketentuan Pasal 81 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, yakni maksimal tujuh jam per hari atau 40 jam per minggu.”

Lalu, “Namun, Agus tidak sendiri. Menurut analisis data BPS, tercatat hampir 45 persen warga lansia penopang keluarga bekerja 41—60 jam seminggu. Bahkan, ada 10,9 persen warga lansia yang bekerja lebih dari 60 jam seminggu.”

Nasib lansia dan generasi Z di Indonesia

Menghadapi cerita pahit hari tua, pasti pikiran orang ke dana pensiun. Ini soal tak gampang dan rumit. Apalagi jika menyangkut sektor informal. Di sektor formal saja banyak yang uang hari tuanya cekak kemudian mencekik.

Perihal lansia menampung anak, dan cucu, Mensos Tri Rismaharini berpendapat
generasi muda yang tinggal bersama orangtua lansia bisa memberikan manfaat besar dari sisi nilai sosial, tidak bisa dibandingkan dari hitungan ekonomi.

¬ Artikel pembuka serial
¬ Foto dan infografik: Kompas.id

Tinggalkan Balasan