Mengingat pagi

Mengingat pagi lain setelah bangun tidur. Jika menyangkut pekerjaan, ada rutinitas pagi yang nostalgik.

▒ Lama baca 2 menit

Mengingat pagi lain setelah bangun tidur

Tadi, di kamar sendirian, di bagian belakang lantai dua, setelah gema azan subuh usai aku mendengar srek srek srek sapu lidi menyisir jalan beton depan rumah. Sepagi itu, masih gelap, Pak B sudah bekerja. Mungkin karena saking sepinya. Dari kamar yang jendela dan pintunya tertutup, suara dari luar tak terdengar. Jika tamu atau kurir hanya berseru, tanpa memencet bel, kani tak tahu.

Seperti pernah kuceritakan, Pak B menyapu jalan untuk gerak badan agar tubuhnya tak kaku. Dia bekerja sosial untuk kesehatan dirinya da kemaslahatan bersama.

Tadi pagi gelap sayup-sayup kudengar ada kicau burung, entah burung apa. Lalu aku membuat tangkapan layar ponsel. Seperempat jam setelahnya, kicauan mulai bersambut dari sesama.

Tetapi aku belum mendengar derum mobil maupun knalpot sepeda motor. Mungkin karena portal belum dibuka. Artinya yang meramaikan jalan depan rumah selama ini bukan kendaraan tetangga satu RT.

Tentang pagi, aku ingat rekaman kamera CCTV. Setiap subuh selalu lewat seorang bapak naik sepeda BMX, tanpa menggenjot pedal, dengan memancal beton jalan, kruk penyangga membantunya. Kendala raga bukanlah halangan baginya untuk bersetia salat subuh di Masjid. Dengan sepeda lebih cepat daripada berjalan kaki.

Hmmm, pagi dan religiositas. Dari grup WhatsApp komunitas Kristiani biasanya ada yang berbagi renungan dan ayat Alkitab. Tentu tak semua orang berbagi pencerahan sehingga grup tak berjejal.

Tiba-tiba aku ingat seorang bapak, pada 2010 dahulu sebelum banyak ponsel cerdas, yang ditegur istrinya kenapa pagi buta suaminya sudah bangun, duduk di tepi ranjang, lalu menyalakan ponsel, dan membaca SMS. Sang suami menjelaskan, dirinya berlangganan SMS premium berisi renungan harian.

Tentang konten premium berupa renungan harian yang merujuk Alkitab, aku ingat gerutu seseorang: renungan kok buat bisnis, dijual. Aku katakan, buklet Saat Teduh, berisi renungan harian untuk sebulan, dahulu juga dijual.

Pagi adalah awal kehidupan harian. Banyak orang di permukiman tertentu di Jakarta Raya mencatat jam keberangkatan dari rumah setiap tahun maju lima menit karena kemacetan lalu lintas. Namun pada hari libur sekolah, kemacetan biasanya berkurang.

Berangkat sangat pagi. Aku pernah mengalami. Pukul empat aku sudah di pangkalan angkot CH jurusan Cililitan. Istriku juga.

Kenapa naik angkot, karena mobil sudah kami jual. Kenapa berangkat pagi, karena harus lebih dini sampai Terminal Pinangranti untuk naik Transjakarta. Perjalanan menuju Slipi, kantor baruku mulai Mei 2015 setelah aku bekerja di rumah sejak awal 2014, akan terhambat pembangunan jalan kolong Kuningan – Gatot Subroto. Kantor istriku dekat Bundaran Slipi.

Orang dari wilayahku yang berangkat dini banyak, dengan alasan serupa. Aku pun menjadi kenal dengan penumpang lain CH edisi subuh. Ada yang selalu membagikan permen. Kalau ada satu penumpang setia yang tak menampak, kami saling bertanya.

Kerepotan itu hanya beberapa bulan, kemudian kantor pindah ke Tanahabang, dan ada mobil lagi untuk kami. Istriku yang mengemudi dan mengantarkan aku. Tetapi kadang aku berangkat pulang kerja naik Transjakarta, kereta api, Gojek, Blue Bird, dan Gocar. Semuanya diselingi dengan menginap di kantor dan aku sempat indekos.

4 Comments

Junianto Jumat 31 Mei 2024 ~ 06.18 Reply

Selamat pagi, Paman.

Sekarang pukul 06.17 WIS (waktu Indonesia bagian Serengan)…

Pemilik Blog Jumat 31 Mei 2024 ~ 10.40 Reply

Selamat pagi. Semoga kabar Lik Jun baik adanya, bregas kulak dan jemput cucu senantiasa. 🙏

Junianto Jumat 31 Mei 2024 ~ 22.03 Reply

Hari ini nyaris kecele karena dua cucu ternyata libur sekolah, dan ortu mereka baru ngasih tahu tadi pagi sekitar pukul enam. 🙈

Pemilik Blog Jumat 7 Juni 2024 ~ 15.35

Wah kojur 🙈

Tinggalkan Balasan