Ada bagusnya, selama sakit saya tetap punya nafsu makan. Memang porsinya belum seperti sediakala. Untuk minum, sejauh ini saya hanya meminati air putih. Kalau camilan? Kadang ingin. Eh, sering ding, tetapi cuma sedikit, setelah itu kenyang. Untuk keripik kentang misalnya, hanya sejumput beberapa lembar, lalu sudah, akan berlanjut nanti kalau ingin.
Nah, kemarin sambil mengunyah keripik kentang melengkung seperti pelana kuda itu saya amati tulisan pada kaleng jangkung. Ternyata ada pengingat kesehatan untuk konsumen.
Intinya, konsumen diajak mengerem asupan gula, lemak, dan natrium. Jangan sampai melebihi porsi harian, agar terhindar dari aneka penyakit. Sila Anda baca dari gambar di atas.
Bukan pengingat baru sih. Semua orang tahu. Masalahnya, jika menyangkut konsumen anak-anak apakah para orangtua, pun para kakek dan nenek, serta paman dan bibi, peduli hal itu?
Untuk diri sendiri, orang dewasa dapat mengerem asupan. Tetapi untuk anak dan cucu belum tentu mereka punya kendali. Apalagi terhadap cucu, juga keponakan, karena anak-anak di bawah otoritas ayah dan ibunya.
Selain camilan, yang perlu diwaspadai adalah kandungan natrium pada mi instan. Sila baca penjelasan Siloam Hospitals dan RS Mount Elizabeth Singapura.