Dengan berjalan tertatih-tatih untuk berarti-hati agar tidak jatuh akibat keseimbangan badan nan buruk, akhirnya saya temukan ruang rehabilitasi medik itu.
Tentu di rumah sakit itu, tadi menjelang siang, saya tak berjalan sendirian. Saya memegang bahu istri saya. Jejak serangan virus pada saraf tak hanya melumpuhkan separuh wajah tetapi juga keseimbangan badan saya. Selalu limbung. Padahal otot kaki kuat. Tidak lumpuh maupun sakit.
Sebelum sampai di depan ruang termaksud, saya melewati ruang lain. Tulisan besar nama ruang, dengan tipografi legible, mudah terlihat. Tak terhalang benda lain.
Tetapi tulisan di atas pintu masuk ruang rehabilitasi medik terhalang saluran udara AC sentral. Saya menduga lorong kotak itu adalah instalasi susulan. Sempat tebersit ingatan tentang film laga, saluran udara dalam ruang plafon adalah jalan rahasia sang jagoan maupun lawan merayap datar.
Lalu soal tulisan tertutup itu bagaimana? Menurut saya simpel solusinya: pasang saja tulisan serupa, secara proporsional, pada kaca pintu. Pasien baru dan pengantarnya akan lebih mudah menemukan ruang rehabilitasi medik yang berisi layanan dan fasilitas fisioterapi bagus itu.
