Amplop kertas kantong obat

Apakah benar amplop kertas untuk obat adalah gaya kemasan mutakhir? Sebelum serbuan plastik, dulu apotek juga memakai kantong kertas.

▒ Lama baca < 1 menit

Kantong kertas untuk obat dari RS Mitra Keluarga Jatiasih Bekasi

Saya terkesan oleh rumah sakit tempat saya berobat karena semua kantong obat terbuat dari kertas. Ya, bisa disebut amplop. Kertasnya putih sekali (hasil klorin?), seperti berlapis lilin, mirip kertas nasi KFC.

Misalnya kertasnya lebih tebal, tahan air, dan di dalamnya ada lapisan bergelembung, amplop obat ini tak beda dari mailer untuk paket kecil.

Ada tiga pertanyaan dalam benak saya. Pertama: sejak kapankah amplop kertas ini berlaku? Kedua: apakah semua rumah sakit begitu? Ketiga: misalnya ada apotek yang beramplop kertas, apakah apotek tersebut di area saya?

Pertanyaan pertama muncul karena saya jarang berobat ke rumah sakit sehingga tidak tahu perkembangan. Sekitar 2017 saya dua kali ke sebuah RSUD di Jakarta tetapi tak mendapatkan obat dalam kantong kertas. Yang pertama saya hanya diinfus di IGD karena dehidrasi. Yang kedua saya ke dokter mata, diberi resep obat tetes. Seingat saya obat dari farmasi dikantongi plastik.

Isu lingkungan, dengan mengurangi kantong plastik yang sulit terurai oleh alam, menjadi standar industri masa kini. Maka amplop kertas yang kalau bisa tahan air, untuk kantong obat, adalah solusi.

Eh, tetapi nanti dulu. Apakah benar amplop kertas untuk obat adalah gaya kemasan mutakhir? Saya ingat, waktu saya bocah masih mendapati kantong obat dari kertas. Bahannya mirip kertas bakpau.

Bahkan wadah bedak hasil racikan pun dibuat dari kardus, sebagai silinder berpenutup, kadang ada yang dilapisi kertas bermotif batik maupun blirik mirip sampul keras buku tulis tebal. Malah untuk puyer, biasanya dimasukkan ke dalam lipatan kecil kertas, bukan ke dalam kapsul.

Nah, amplop obat masa kini memang memberi kesan modern. Nama pasien, obat, dokter dan apoteker, serta aturan pakai plus info lain, tercetak langsung pada kertas. Namun dari sisi keterbacaan lebih unggul kantong obat yang ditulis manual. Dalam gaya lama, nama Tuan/Nyonya/Nona Pasien tertulis besar. Begitu pun angka “3x sehari”.

Gaya arkais apotek yang menuankan nama pasien, kadang juga saat mengumumkan bahwa obat sudah siap, itu membuat saya terkesan, merasa dipertuan dengan sebutan yang tak setiap hari tersapakan.

Meski kantong modern ini tak menuankan maupun men-puan-kan pasien, kandungan informasi pada label lebih lengkap. Ada kode QR yang mewakili banyak info, termasuk jenis kelamin pasien.

Tentu persamaan teks yang jarang dipedulikan pasien juga ada. Dalam kantong plastik maupun kantong kertas ada ucapan generik “semoga lekas sembuh” — sonder buntut “sampai jumpa lagi”.

4 Comments

snydez Sabtu 13 Juli 2024 ~ 21.00 Reply

udah lumayan lama pake bungkus kertas (pengganti plastik)

Pemilik Blog Minggu 14 Juli 2024 ~ 07.26 Reply

Lha ya itu, karena sakit saya jadi tahu. Telat sih 😇🙏

Enny Kamis 30 Mei 2024 ~ 13.28 Reply

Sekarang memang kembali ke kertas karena mudah didaur ulang.
Jadi kalau ke RS, obat ditaruh pada amplop kertas…bukan plastik lagi.

Pemilik Blog Kamis 30 Mei 2024 ~ 19.49 Reply

Baguslah itu ya Bu Enny 🙏😇

Tinggalkan Balasan