Saya percaya, kreativitas selalu mencari jalan

Jika hanya berbagi kesakitan, yang saya alami tak seberapa. Orang lain lebih menderita karena sakitnya. Lebih baik berbagi hal lain.

β–’ Lama baca < 1 menit
Kacamata baca selama saya tergolek di ranjang
TISU | Gagang kiri kacamata baca saya lapisi tisu karena kontak dengan luka pada pertemuan telinga dan kepala.

Judul di atas hanya untuk keren-kerenan. Padahal intinya adalah saat seseorang hanya bisa tiduran β€” padahal untuk bangun lalu berjalan ke kamar mandi pun sulit, salah-salah bisa jatuh β€”apakah masih sempat iseng?

PKacamata baca dan progresif selama saya tergolek di ranjang
DOBEL | Dua kacamata, untuk baca dan progresif, selalu ada di ranjang. Padahal paling sering saya pakai yang untuk baca, termasuk baca kantong obat.

Dalam kasus saya kali ini masih bisa iseng. Dalam kamar di rumah sendiri. Pada 1994, setelah saya masuk ICU, menjalani bedah, lalu masuk ICU lagi, dan seterusnya, belum ada ponsel berkamera. Tak ada keisengan yang dapat saya lakukan. Revolusi digital, dengan kamera pada ponsel hingga arloji, memberi kesempatan setiap pasien untuk membuat dokumentasi personal.

Tablet untuk mendengarkan musik via Bluetooth speaker
TABLET | Saya ditemani dua jenis tablet. Tablet obat, salah satunya saya minum sepuluh butir per hari, dan tablet digital. Tablet berlayar saya gunakan untuk memutar Spotify dan Radio Box dari Brava Radio Jakarta dan KLCBS Bandung.

Berbahagialah mereka yang bisa menggambar. Tanpa ponsel pun dapat membuat sketsa suasana dalam kamar. Namun tanpa kesukaan menggambar maupun memotret pun setiap orang sakit dalam batas yang memungkinkan, sesuai situasi dan kondisi, dapat menulis di ponsel, untuk WhatsApp maupun menulis puisi.

Saya sambil berbaring memilih memotret yang benda-benda ada di atas kasur, di sekeliling saya. Setelah memotret saya tidak melihat hasilnya karena mata saya belum kuat. Untuk menulis apalagi. Belum mampu.

Charger untuk ponsel dan tablet
PENGECAS | Inilah kebutuhan orang modern: charger ponsel di mana pun mereka berada.

Foto-foto ini saya buat tanpa memikirkan akan jadi apa. Sepekan kemudian, saya sudah mulai bisa membaca dan menulis di ponsel, perlahan-lahan, dengan sekian jeda, termasuk tidur. Lalu jadilah pos ini.

Adakah maknanya bagi pembaca? Entah. Saya tak punya kuasa atas tafsir terhadap benak orang setelah mereka melihat karya saya. Saya hanya dapat berterima kasih. Terutama kepada Anda yang setia menyesatkan diri ke blog ini dan memberi dukungan kepada saya dalam penyembuhan.

7 Comments

Enny Kamis 30 Mei 2024 ~ 13.24 Reply

Baca tulisan ini senang…intinya Paman tetap berusaha menulis. Bagi saya itu sungguh berharga.

Terus menulis paman dan cepat sehat kembali

Pemilik Blog Kamis 30 Mei 2024 ~ 19.50 Reply

Matur suwun sanget, Bu Enny πŸ™πŸ’

blontankpoer Kamis 23 Mei 2024 ~ 22.56 Reply

semoga Pamanku segera pulih bregas seperti dulu kala. nyuwun duka dereng saged sowan-sowan. bahkan, untuk sekadar berkabar pun, saya sering digoda setan untuk malas.

happy selalu nggih, Man…

Pemilik Blog Jumat 24 Mei 2024 ~ 06.18 Reply

Halo Pak Blontank!
Suwun kagem kawigatosanipun.
Lama kita tak bersua, tapi semua orang tahu setelah Lebaran tahun lalu Panjenengan tambah sibuk. Mungkin setelah Oktober nanti malah lebih sibuk lagi. πŸ˜‡

Yang penting jaga kesehatan nggih. Jangan sampai seperti saya, ing atasipun namung plenthingen kok dados mala ing saraf πŸ™

Junianto Kamis 23 Mei 2024 ~ 13.29 Reply

Saya senang Paman semakin membaik….

Junianto Kamis 23 Mei 2024 ~ 13.29 Reply

Saya senang karena tahu Paman semakin membaik….

Pemilik Blog Kamis 23 Mei 2024 ~ 15.47 Reply

πŸ™πŸ’ Suwun sanget

Tinggalkan Balasan