Soal isi gelas: Tinggal, masih, sudah

Bahasa bisa rumit dan membingungkan justru karena kekayaan dalam tuturan. Jika menyangkut nuansa, itu butuh kedewasaan.

▒ Lama baca < 1 menit

Ujian petugas kebersihan RW. Soal isi gelas: Tinggal, masih, sudah

Misalnya saya ikut ujian calon petugas kebersihan RW, dengan soal seperti dalam gambar di atas, saya dengan sepenuh percaya diri, dan keyakinan melebihi tinggi plafon sampai menjebol genting, akan menjawab: sudah terisi sepertiga. Kenapa?

Supaya saya dianggap optimistis. Juga agar dianggap bertakzim kepada lingkungan karena menghargai air, yang anggap saja air minum karena ada dalam sebuah gelas.

Lamunan soal isi gelas dan khayalan tentang ujian petugas kebersihan muncul saat saya akan menyingkirkan gelas di dapur. Padahal saya tahu duduk soal: isi gelas itu boleh disebut tinggal sepertiga, bukan masih sepertiga, karena orang yang menggunakan gelas sudah pergi.

Setelah lamunan usai saya memotretnya. Kemudian saat menambahkan tulisan pada foto saya memikirkan soal bahasa. Memang sih masalah isi gelas sudah menjadi contoh klise dan klasik dalam memandang sesuatu, yakni setengah kosong ataukah setengah penuh.

Ya, masalahnya adalah separuh isi gelas, bukan sepertiga. Dengan ukuran setengah, persoalan dapat disedernakan menjadi a dan b. Kalau sepertiga, kita akan terantuk perbandingan sepertiga melawan dua pertiga. Andai kata pembuat soal hanya butuh dua opsi jawaban takkan mungkin sebatas “sepertiga isi” dan “dua pertiga kosong”.

Bahasa adalah alat kesadaran. Tetapi apakah dengan bahasa kita selalu dapat menilai setiap persoalan, dan menyatakannya dengan kalimat yang dapat dicerna — bisa disetujui maupun ditolak — oleh orang lain?

Maka bahasa mengenal nuansa, dari bahasa Inggris nuance, suatu hal yang kadang terasa tidak jelas karena tidak sederhana. “Dapat menerima” tak bermakna sama dan sebangun dengan “mendukung”. Dalam dunia diplomasi, nuansa adalah bagian dari percakapan antarkekuatan.

Kalau ada seorang cewek bilang kepada seorang cowok, “Misalnya aku jadi pacarmu aku mau…” apakah bisa dibilang dia nembak duluan?

Tinggalkan Balasan