Bahkan Kompas.id pun berbegini dalam tajuk berita

Tak hanya bermain "begini" dalam judul, Kompas.id pun memasukkan inti kabar pada paragraf keenam, dalam berita berisi sepuluh paragraf.

▒ Lama baca < 1 menit

Bahkan Kompas.id pun berbegini dalam tajuk berita

Saya heran, media berita sekelas Kompas.id — bedakan dari Kompas.com — pun akhirnya ikut bermain judul berunsurkan kata “begini” untuk memancing rasa ingin tahu pembaca. Judul berita hari ini (24/4/2024) adalah “Dianggap Bukan Lagi Bagian dari PDI Perjuangan, Begini Reaksi Jokowi“.

Masa sih Kompas.id takut beritanya cuma jadi tangkapan layar ponsel lalu ketika disebarkan tak memancing kunjungan ke situs maupun aplikasi?

Berita tentang respons Jokowi ini pun bukan warta eksklusif, semua media mengabarkannya. Jadi kenapa harus mencoba memancing orang untuk membacanya dengan formula judul takut screenshot?

Baiklah, saya adalah orang masa lalu yang berada di era yang tak bersesuai dengan diri saya, alias old skool, sehingga saya heran bahwa dalam berita berisi sepuluh paragraf tersebut informasi tentang tanggapan Jokowi berada di paragraf keenam. Masa ya sih, Kompas.id ikut gaya pemberitaan muter mbulet?

Ehm, isi berita langsung (hard news maupun breaking news) harus tecermin dalam judul , dan tiga paragraf pertama mestinya sudah jelas, memang kuno karena tak menahan orang membaca lebih lama. Saya juga orang kuno.

Entahlah siapa yang tampak mengharukan, saya ataukah media daring dengan jurnalisme kekiniannya. Jangan-jangan malah kedua pihak.

Gaya beri media daring pakai segini dan begini

5 Comments

Setiap Gedung Punya Cerita Sabtu 25 Mei 2024 ~ 20.22 Reply

Nggak nulis mengenai sensasionalisme media dan buruknya pengelolaan arsip surat kabar, Blogombal?

Mimin SGPC punya teori bahwa serentetan berita-berita sensasionalis dan provokatif mengenai penanaman modal asing di negara tetangga menjadi penyulut kisruh UU Cipta Kerja. Bukan buruh dan lingkungan, karena itu cuma kedok yang populer di kalangan tertentu saja.

Pemilik Blog Sabtu 25 Mei 2024 ~ 21.51 Reply

Sempat saya tulis tetapi bukan di sini. Arsip surat kabar tanpa anotasi belum biss disebut arsip, hanya tumpukan atau jilidan koran dan majalah lawas.

Saya tak tahu nasib arsip koran dan majalah yang tutup apalagi arsip fotonya.

Soal arsip foto pernah saya singgung di sini. Saya ingat, foto tentang peresmian menara bank bumi daya dan Gedung LVRI dulu ada fotonya di media berikut ceritanya.

junianto Kamis 25 April 2024 ~ 19.07 Reply

Share ke Mas Frans Sartono, ah. Biar diteruskan ke orang Kompas.id….

Tinggalkan Balasan