Menyuguhi dan disuguhi: Lebih sering teh atau kopi?

Dulu minuman teh kental manis itu standar menghormati tamu. Kopi apalagi air putih tidak.

▒ Lama baca < 1 menit

Teh celup Boh bikinan Malaysia

Sebagai tamu, Anda sering disuguhi teh atau kopi? Lalu sebagai tuan atau nyonya maupun nona rumah, Anda sering menyuguhkan teh atau kopi?

Ehm, ini pertanyaan masa lalu, abad lalu. Dahulu tak lazim ada penawaran mau minum apa, lalu jawabannya air putih. Kini saat bertandang ke rumah orang ada opsi teh, kopi, air putih, atau lainnya, dingin ataukah panas.

Teh aneka rasa dengan kemasan cantik

Saya mengalami era suguhan default itu teh, panas, manis. Siang gerah maupun malam dingin. Saat saya SD hingga SMA kadang ditugasi ibu membuat minuman teh dalam cangkir dan menghidangkannya ke ruang tamu. Sesekali bapak saya memperkenalkan saya kepada tamunya, dari aktivis pers mahasiswa, wartawan, sampai peneliti asing.

Saat itu teh celup belum lumrah. Jadi ibu saya selalu punya teh cem-ceman tubruk kental dalam teko, yang dialasi bantal tatakan berisi kapuk dan tudung juga berupa bantal kapuk. Bikinan ibu sendiri karena dia suka menjahit.

Tudung teko teh tanpa bantal alas

Teh dalam teko itu untuk kami konsumsi sendiri maupun untuk tamu. Setelah teh dituangkan ke cangkir tinggal ditambahi air panas. Menghidangkan teh tubruk yang membiarkan peminumnya melepeh carang teh hitam dianggap tidak sopan.

Dahulu kami jarang menyuguhkan kopi dan tak ada tamu yang meminta. Hanya saudara, terutama yang menginap, yang kemungkinan kami suguhi kopi.

Di rumah teman, saat bertandang malam, apalagi sampai pagi karena menginap, saya selalu dibuatkan kopi, sejak SMP hingga SMA demikian. Hal yang sama saya lakukan untuk teman saya. Yang membuat minuman ya teman saya. Saat saya sebagai orang muda bertamu ke orang tua ya disuguhi teh. Manis pula. Tubruk maupun bukan.

Air putih hanya muncul saat saya disuguhi makan siang atau makan malam.

Teh tubruk oplosan tiga merek

6 Comments

The Sandalian Rabu 24 April 2024 ~ 15.39 Reply

Jaman kecil dulu, Ibu di rumah selalu menyediakan termos berisi air panas agar sewaktu-waktu ada tamu tidak perlu bikin api di pawon. Sebelum era kompor, menyalakan pawon butuh ketrampilan tersendiri; selain faktor ketersediaan kayu bakar.

Suatu hari, seorang anak kecil menyeruput habis segelas teh tubruk panas yang seharusnya disuguhkan ke tamu. Sejak saat itu dia selalu dibuatkan teh (dalam gelas kecil) setiap bapaknya menerima tamu.

Soal melepeh batang teh dari gelas, di tempat saya lahir dulu bukan menjadi suatu masalah karena hampir semua rumah masih beralaskan tanah.

Pemilik Blog Kamis 25 April 2024 ~ 15.25 Reply

Anak kecil itu adalah…. 🙈

Ya, betul. Termos itu penting. Pagi dan sore isinya diganti, sehingga tamu malam bisa minum hangat.

Menyalakan tungku bakar memang sulit, saya mengalami saat tiga bulan di desa dan kemping

Pemilik Blog Selasa 23 April 2024 ~ 14.24 Reply

Ini suguhan agak baru, memang awalnya muncul saat hari raya, bukan hari biasa

Enny Senin 22 April 2024 ~ 07.04 Reply

Saya tetap suka teh panas manis, apalagi yang gipetel

Pemilik Blog Senin 22 April 2024 ~ 11.09 Reply

Bu Enny, secara umum saya suka teh tawar encer. Kalo ketemu teh hitam Jawa yang pekat ya terpaksa pakai gula, bisa gula biasa, gula batu, bahkan gula Jawa

Tinggalkan Balasan