Hidup Mas Mbois! Bagaimana dengan Mbak Mbois?

Ada rokok bermerek Mbois. Mungkin untuk mereka yang berjiwa lawas, berapa pun usianya. Sebutan mbois bisa berarti meledek.

▒ Lama baca 2 menit

Kisah seputar rokok kretek cap Mbois

Seingat saya, sebutan mbois dahulu kala hanya diterapkan untuk pria — tepatnya pria muda. Sekira lima belas tahun silam saya mendengar mbois juga diterapkan untuk perempuan. Jadi, mbois itu apa? Saya teringat soal bahasa karena mendapati rokok bermerek Mbois, bikinan CV Helos, Malang, Jatim.

Mbois itu istilah dalam bahasa Jawa modern, yang berlaku di Jateng, DIY, dan Jatim. Mulanya, antara akhir 1960-an — awal 1970-an, mbois berarti cowok yang modis, keren, stylish, fashionable. Saat itu komik roman urban dan fiksi remaja akrab dengan cross boys dan street boys (Belanda: straatjongen). Adapun istilah rage boy(s) tampaknya kurang laku. Entahlah dengan istilah cross mama yang pada 1980-an menjadi judul lagu Grace Simon.

Namun dalam perjalanan waktu istilah mbois juga bernuansa ngécé, mengejek. Ungkapan “Wah, saiki kowé mbois!” (Wah, kamu sekarang mbois!), belum tentu berarti pujian.

Kisah seputar rokok kretek cap Mbois
LUKS | Kemasan bungkus sigaret kretek tangan di bawah Rp10.000 dengan desain melebihi umumnya rokok yang harganya setara.

Sebagai ledekan, mbois juga diterapkan untuk pria dewasa matang yang bergaya anak muda. Dalam latar waktu 1980-an, pria macam itu masih mengantongi sisir di saku celana.

Eh, nanti dulu. Yang saya tulis di atas adalah persepsi saya. Mestinya saya membuka arsip majalah dan koran awal 1970-an, terutama yang berisi rubrik tulisan ringan, atau berisi cerpen. Misalnya ada arsip audio siaran radio masa itu, termasuk sandiwara radio, mungkin istilah mbois bisa ditemui.

Tetapi biarlah itu jatah desk berita kisah di media berita dan para periset yang menekuni aneka hal aneh lucu dalam masyarakat Indonesia modern masa lalu. Kepada mereka kita patut bertakzim.

Seingat saya selama 1990-an istilah mbois tenggelam. Hanya orang berusia 40 ke atas yang menyebutnya untuk bercanda sambil bernostalgia. Namun mulai 2000-an mbois hidup lagi, masih dengan aroma ngécé.

Kaset lagu Kere Trendy Djaduk Ferianto tjotjok untuk orang Mbois

Djaduk Ferianto (1964—2019), menyebut kata mbois dalam “Kéré Trendy” (album Komedi Putar, bersama Orkes Sinten Remen, 2002) yang ndhagel dan penuh pelesetan:

Datang ke kota ingin ngubah nasibnya
Gagal cari kerja terus berkelana
Kelana panjang blu jin biru modalnya

Soal bokapnye
Soal nyokapnye
Lu jadi orang kaye

Mimpi nggak nyampe
Kerje di kote
Kini jadi kere…

Kanan kere kanan kere
Kanan kere kanan kere

Pake dandanan biar gayanye trendy
Hobinya mejeng cari teman ngerumpi
Bawa bekal nasi dan ayam kenthaki

Rambutnya kelimis
Dibilang trendy
Dulu namanya mbois

Lirik ala Jakarte itu mengingatkan saya pada cara Srimulat mengejek orang Jawa yang bergaya bicara Jakarta secara berlebihan, apapun yang “a” pada suku kata terakhir menjadi “é”, namun dalam logat Jawa. Marwoto dalam pentas Indonesia Kaya juga begitu. Hiperbolis.

Adapun istilah trendy dan tren mulai laku 1980-an. Sering muncul dalam percakapan dan iklan. Majalah Matra, dari Tempo, pada awal terbitnya berslogankan “majalah trend pria”.

Kisah seputar rokok kretek cap Mbois
CUKAI | Pita cukai atau banderol produk tembakau 2024 bergambar satwa air yang terancam punah. Untuk rokok Mbois bergambar mamalia pesut Mahakam atau lumba-lumba air tawar. Apakah semua perokok dan penjual memperhatikan?

Kembali ke soal rokok, sigaret cap Mbois ini untuk siapa? Jika jawabannya untuk orang mbois berarti untuk orang lama, atau muda tetapi bergaya hidup tua. Bukankah rokok sudah tak dianggap gaya hidup modern? Kalau saya sih wong lawas yang mungkin pernah mbois karena mengenakan celana cutbrai alias bell bottom atau pantalon lonceng.

¬ Gambar kaset: Tokopedia

¬ Bukan tulisan berbayar maupun titipan

¬ Gambar pertama telah ditambahi catatan pada 22/4/2024 pukul 19.34

4 Comments

Budi W. Senin 22 April 2024 ~ 10.49 Reply

Gara-gara nemu artikel lawas di sebuah majalah ibukota di mana Mas Tyo wawancara Ian Antono, saya langsung tancap gas ke blog ini. Mungkin nggak ya Mas, ‘mbois’ itu dari ‘boyish’? Waktu saya kecil, penghujung dekade ’80an, saya pertama kali mendengar istilah itu dari obrolan guyon bapak saya dengan teman-temannya yg berkunjung ke rumah, dan sepertinya memang ada nuansa mereka saling meledek di situ :D Btw, lagu “Kere Kemplu Trendy” mengingatkan ke “Ini si Trendy” dari kaset Dalbo, hampir satu dekade sebelumnya. Kocak ya alm. Djaduk sengaja melafalkan si ayam goreng jadi terdengar nyaru dengan ‘kethaki’. Waduh, kula ampun dikêthaki nggih Mas. Pokoknya saya seneng tiap kali ada postingan soal microhistory di blogombal.

Pemilik Blog Senin 22 April 2024 ~ 11.05 Reply

Halo, oh iya ya, boyish. Suwun.
Kayaknya Garasi Opa pernah ngeluarin stiker gaya rambut mbois.
Soal Kentucky, Djaduk mengangkat kepalan tangan di depan mikrofon dgn gaya ngethak.
Orang Jawa memang memelesetkan Kentucky sbg kenthaki.

Soal mikrohistori, saya tak berani mendaku diri. 🙏

Dedi Dwitagama Kamis 18 April 2024 ~ 16.38 Reply

Dulu sy menikmati sinten temen di GBB … Kalo jumpa Butet dan kasih tau postingan ini, dia bilang “Isih nduwe rokok Mbois sampeyan? … Uassuuuu tenan!!” Hahaha

Pemilik Blog Kamis 18 April 2024 ~ 22.50 Reply

Pak Guru Dedi memang mbois tenan 😂👍👏💐

Tinggalkan Balasan