Hmmm… cah Sragen. Artinya bocah Sragen. Tetapi saya yakin pemilik helm ini bukan bocah, dalam arti anak sebelum akil balig, karena umur segitu belum boleh memiliki SIM.
Sebutan cah Sragen, cah Solo, cah Semarang, dan arek Malang, itu serupa barudak Bandung: dalam konteks tertentu, yakni identitas kewilayahan, tak bertaut dengan usia.
Ketika stiker cah Sragen tertempel pada helm, sepatbor sepeda motor, dan kaca belakang mobil, hal itu merupakan pernyataan identitas berdasarkan tempat asal. Buat apa? Semacam perkenalan diri di jalan dan parkiran.
Orang lain yang melihat, terutama berlatar regional sama, akan tahu. Bisa berkenalan jika sedang berdiri di parkiran, bisa dengan klakson dan lambaian tangan jika sedang di jalan. Bahkan dari sana dapat terbentuk ikatan komunal.
Ya, terbentuk komunitas sesama orang seasal yang hidup di kota lain. Media sosial semacam Facebook, atau grup percakapan semacam WhatsApp, menjadi simpul pengikat.
Nanti setelah Lebaran, akan muncul aneka acara Syawalan kelompok perantau sesuai asal, tak memandang almamater, usia, kelamin, maupun agama. Anda mungkin termasuk yang menerima undangan dari rekan seasal. Bisa dari sesama Salatiga sampai Gunungkidul.
Stiker yang belum pernah saya lihat, padahal ingin tahu, adalah dari perantau asal Glenmore. Namanya apa ya, Glenmorian mungkin?
Glenmore itu nama sebuah kecamatan di Banyuwangi, Jatim. Sejak dulu saya menganggap nama Glenmore itu unik dan keren.
¬ Foto stasiun: Wikimedia Commons
3 Comments
apakah cah Glenmore suka bergaya hidup glamor?
Waaaa itu perlu dilacak 😂
Saya cah Serengan😂. Kapan-kapan saya bikin stiker, deh.
BTW Serengan itu unik juga : nama kampung nama kelurahan, dan nama kecamatan. Nah, rumah saya sekarang di Kampung Serengan, Kel dan Kec Serengan. Rumah ortu saya, abad lalu, di Kampung Slembaran, Kel dan Kecamatan Serengan. Slembaran itu kampung di sebelah selatan Kampung Serengan.