Uh, masih tajam, bisa melubangi kertas. Tadi saya pikir pisaunya sudah tumpul. Barang ini saya temukan di laci saat saya mencari barang lain untuk menghitung (hand tally counter), lalu saya ingat bahwa ponsel dapat melakukan pekerjaan mencacah — menghitung satu per satu.
Nah alat yang masih tajam ini adalah perforator, pelubang kertas. Saya tinggal memasukkan kertas ke dalam celah, kemudian menekan tombol. Maka berlubanglah kertas itu.
Lalu buat apa melubangi kertas, yang artinya membuat cacat? Dahulu untuk menandai buku tertentu yang tak perlu saya stempel.
Barang berbadan besi, seukuran 3 x 4 cm, dengan ketebalan 2 cm, ini saya beli belasan tahun silam, saya lupa tahunnya. Saya memilih yang bermotif spiral, seperti obat nyamuk bakar.
Dahulu saya membeli barang ini Rp47.800, pada era sebelum marak lokapasar. Sulit membandingkan harga. Kini di lokapasar, Craft Punch bikinan Carl MFG Co.Ltd. boleh seharga Rp26.000. Bikinan Deli malah boleh Rp7.500.
Eh, nanti dulu. Mungkin Anda membatin, pelubang macam itu kan mainan cewek kecil? Ehm. Ya. Saya lebih mengutamakan lubang, kertas hasil potongan saya buang. Bahkan saya dulu menggunakannya sebagai bapak yang tak terlalu muda. Dua anak perempuan saya tak pernah tertarik mempergunakan itu. Istri saya juga.