Tentu foto ini bukan di rumah saya. Dalam ponsel saya temukan jepretan lama dari sebuah rumah tempat saya terdampar hingga sepekan tanpa tahu siapa yang punya. Oh ya, dalam hal ini saya memang membatasi rasa ingin tahu. Inti cerita: saya terkesan dan suka akan rumah ini.
Saya suka rumah ini karena semilak, modern, dengan pencahayaan alami dan sirkulasi udara yang bagus. Pada area pintu masuk yang lebar, jika tirai di atas pintu itu dibuka, cahaya akan menerangi area pintu masuk dan menambah terang ruang keluarga di lantai dua yang berjendela memadai.
Semua ruang ber-AC kecuali dapur tak berpintu di sebelah ruang makan. Tetapi selama di sana saya jarang menyalakan AC. Foto ruang kecil peralihan dari pintu masuk utama sebelum ke ruang tamu itu saya foto dari atas, dari belakang pagar void, yang dengan stik bisa membuka dan menutup gorden (lihat foto ketiga). Dari garasi yang hanya cukup satu mobil panjang ada akses masuk melalui samping.
Perabot dan hiasan dalam rumah ini efektif dalam arti tak menyesakkan ruang maupun mata. Tetapi ada saja yang aneh bagi saya: tak ada ruang laundry dengan mesin cuci dan pengering jemuran, padahal ini bukan guest house. Kalau perlengkapan dapur sih komplet, alat makan minum juga dalam beragam ukuran dan kegunaan, kulkas tinggi penuh isi, bahkan mesin kopi Unakaffe berikut stok kapsul bermacam rasa pun ada.
Lalu saya mau cerita apa? Menjawab pertanyaan seorang teman, kalau punya duit bagaimana caranya bikin rumah, bukan beli rumah, yang sesuai selera dan kebutuhan dia.
Jawaban saya gampang: hubungi arsitek. Untuk merancang, arsitek akan melakukan observasi, sekalian mewawancarai klien, memahami selera, kebutuhan, kondisi fisik, dan kebiasaannya. Tarif arsitek silakan lihat arsip Detik.
Kemudian teman saya bertanya, “Lalu soal apalagi yang penting kalo duit bukan masalah?”
Saya bilang, “Kebutuhan rumah seorang pria lajang dan beristri itu berbeda, gitu juga sebaiknya, cewek lajang.”
Dia terbahak-bahak. Saya pun heran. Apanya yang lucu? Akhirnya dia jelaskan, “Makanya rumah bujangan banyak yang bagus, tapi setelah nikah bisa berubah karena beda selera dengan pasangan, sampe ke soal furnitur.”
Saya mengangkat bahu. Saya tahu dia terus membujang dan belum ada rencana menikah. Pacarnya gonta-ganti.
2 Comments
Teman Paman, cewek dan cowok, banyak yang masih melajang ya? Ada di beberapa konten Gombal.
Mereka nyaman dengan kelajangannya. Mungkin karena hidup di kota besar. Kalau tinggal di kota kecil tampaknya secara sosial bisa tidak nyaman.