Di samping pintu masuk kedai kopi itu ada payung terkuncup dalam keranjang khusus payung. Artistik di mata. Tak ada teras di sana. Pintu masuk hanya diberi topi berupa kanopi lipat bergaris. Jika hujan deras pasti tempias menerpa kaca pintu.
Di depan pintu itu langsung halaman beton dengan beberapa payung bagus untuk meja dan kursi. Tiang payung untuk meja kursi itu bukan di tengah, melainkan di samping sehingga tak mengganggu orang duduk. Tetapi saya ingin menceritakan hal lain. Soal payung pada umumnya, yang dipegang dengan tangan.
Payung dalam keranjang itu adalah payung yang digemari penumpang mobil saat hujan turun. Dia berbeda dari payung biasa yang pusat jari-jarinya harus didorong ke atas, ke pucuk, agar layar payung mengembang.
Payung ini saat terkuncup seperti payung terbalik, pucuknya justru di bawah, bukan di atas, mepet ke pangkal gagang yang ujungnya melengkung, sehingga memudahkan orang yang terpayungi saat membuka pintu mobil di bawah hujan. Tinggal pencet tombol, dorong tanpa tenaga, layar bundar akan mengembang. Tetapi bukan itu yang akan ceritakan lebih lanjut.
Persoalan payung di mana pun sama: gampang hilang. Karena tertinggal di tempat lain dan taksi. Pun karena dipinjam, tak kembali karena ongkos transpor mengembalikan mahal. Atau karena diembat.
Maka barang besar yang gampang hilang adalah payung. Tak beda dari barang kecil berupa bolpoin dan korek gas. Sama-sama mudah berpindah tangan dan pemilikan.
Berapa kali Anda kehilangan payung?
Tetapi bagi pemilik kedai, payung bisa hilang, di sisi lain juga berpeluang mendapatkan payung tertinggal tanpa tahu harus mengembalikan kepada siapa. Hal itu tak terjadi pada bolpoin dan korek gas, semahal berapa pun harganya.
4 Comments
Lebih dari satu kali payung pembeli ketingggalan di kedai istri saya.
https://wp.me/pdGIeU-EX
Nahhhh betul kan 😁
saya seingat saya ga lernah pake payung. pernah punya tapi jarang dipakai.
sejak tinggal di Berlin, sepertinya hanya 2-3 kali pakai payung. alasannya, malas memegang payungnya, dan sederas-derasnya hujan di Berlin tidak seperti hujan deras di Indonesia. satu lagi persoalan dengan payung: sering rusak karena di Berlin, angin lebih kuat daripada hujannya.
saya lebih sering pakai jaket yang tahan air. atau kalo benar-benar hujan deras, saya pakai jas hujan yang model jaket.
Nah itu bedanya ya. Menarik.
Di Indonesia, mantel hujan juga bikin sumuk krn udara lembap