Belum pernah saya melihat batang pohon yang trèpès melebar ke samping. Mungkin kalau di desa dan hutan ada dan lumrah. Pohon entah apa ini saya lihat tumbuh di bantaran kali — maksud saya kalèn atau mungkin riol — di samping Stasiun Cawang, Jaksel.
Jadi pohon dan jalan air itu diapit oleh stasiun dan Jalan Tebet Timur Dalam XI. Saya menduga saluran air itu saat hujan berarus deras sehingga pertumbuhan pohon seperti dikikis.
Eh, yakin begitu? Bisa jadi salah. Biarlah ahli lingkungan terutama guru ilmu hayat yang menjelaskannya.
Ehm, saya teringat masa SD. Dahulu Pak Guru mengajak kami, para murid, menyusuri jalan setapak sepanjang sungai dan menjelaskan aneka hal yang tampak. Dari sampah hingga abrasi. Karena sisi paralel seberang sungai berupa tebing, Pak Guru menjelaskan topsoil, subsoil, dan seterusnya.
Oh, karena saat itu belum ada multimedia dan konten internet ya? Memang. Tetapi menurut saya sekarang pun mengenali alam sekitar dengan melihat langsung di lapangan itu masih perlu dan penting.
Anak-anak SD juga senang dengan pelajaran di luar kelas. Misalnya di halaman sekolah, di bawah pohon. Ketika membahas soal ini, seorang guru berkomentar, “Kalo udah gitu lantas gajinya naik? Beli banyak buku boleh minta rembes?”