Nama, logo, fasad, dan interior depan kedai minuman ini seolah seolah-olah melemparkan pengudap ke masa lalu, awal 1970-an.
Masa lalu siapa? Para orangtua, atau bahkan kakek nenek, dari mayoritas pengudap siang itu, siswa SMA dan SMK, lalu sisanya adalah karyawan dari generasi Z.
Ketika saya menyinggahi Kedai Es Teh Jaya Abadi, di Bogor, Jabar, saya merasakan suatu hal yang kurang tebal: otentisitas.
Memang ada sejumlah barang lawas di sana, termasuk barang elektronik, namun saya menduga kedai ini bukan kedai jadul asli. Hanya menghadirkan atmosfer.
Ternyata kedai ini baru dibuka April 2022 (¬ Tribunnews Bogor). Tentu spirit retro itu tak salah. Apakah pengudap Toko Oen, Semarang, kedai otentik jadul, harus mengalami masa kolonial? Sebagian besar dari orang yang mengalami masa remaja, apalagi sebagai orang dewasa, pada 1930-an kini sudah tiada.
Soal rasa minuman dan penganan di Jaya Abadi bagi saya biasa saja. Hanya teh tawar yang tak bergula. Ragam menu teh lainnya manis. Teh lemon pun sudah manis secara default sebelum disajikan dalam gelas. Padahal saya suka teh lemon tanpa gula. Demikian pula terhadap minuman teh lain, kecuali teh poci dan teh hitam oplosan yang perlu sentuhan gula batu.
6 Comments
ada kedai bernuansa futristus, nanti dibulang, emang masa depan kayak begini?
bikin kedai bernuansa jadul lebih aman, karena “sudah pernah” 😆
Aha! Betul! Jadul lebih aman, Mas Roni 👍
Banyak motor, kedainya rame, ya, Paman?
Banyak pengudap. Di dalam ada ruang, termasuk teras yang bisa diakses dari gang di sebelah kanan dalam foto
BTW Paman ke Bogor ke mana saja?
Oh iya saya pernah seminggu di Bogor berguru ke TribunBogor.com menjelang terbitnya TribunSolo.com, sepekan jadi doktor (saat itu kantornya di Bogor dalam perumahan). Sepekan hidup di kantor, lupa dolin-dolin. 😁
Saya cuma ke tempat harus kerjain sesuatu, gak dolin-dolin. Banyak jalan kaki.