Mengunci sepeda di supermarket dan persoalan asuransi

Pria di kanan saya, saat mematikan sepeda motornya di parkiran, itu mengamati saya yang sedang membungkuk memasang kunci sepeda. Dia tak mengatakan apa pun. Saya juga tersenyum kepadanya.

Istri, atau mungkin pacarnya, bilang, “Ya harus hati-hati ya, Pak. Zaman sekarang kan nggak aman…”

Saya mengangguk, lalu menyahut, “Yah, yang penting berikhtiar, Mbak.”

Setelah itu saya sadar, telah mengucapkan kata arkais karena “ikhtiar” hanya tersebutkan dalam tulisan dan ceramah tokoh agama.

Di luar urusan kebahasaan, ikhtiar juga melekati pekerjaan maling sepeda atau barang apapun. Pengamanan oleh pemilik sepeda hanya bermaksud membuat penjahat mengurungkan niat karena tak mau repot.

Benarkah demikian? Jangankan sepeda lipat, sepeda motor dan bahkan mobil yang sudah berpengaman pun dapat dicuri.

Sepeda dicuri ada di mana-mana, juga di negeri maju nan makmur. Polisi sudah bosan menerima laporan. Apalagi sebagian pencuri tak berniat memiliki, hanya membutuhkan sepeda untuk sesaat lalu mereka tinggalkan di tempat tujuan.

Saya lebih dari sekali didebat orang, karena saya katakan sepeda saya lebih murah ketimbang ponsel, sehingga tak menggoda maling. Kata mereka, apapun yang gampang jadi duit akan disikat. Malah ada yang mencontohkan, sepeda cucu Pak Anu dan Pak Itu yang murah juga dicuri.

Saya tak tahu apakah di Indonesia ada asuransi sepeda. Namun artikel dalam Forbes (November, 2023) membuktikan bahwa di Amerika yang namanya asuransi sepeda itu penting. Termasuk asuransi dalam kasus sepeda Anda menabrak dan mencederai orang lain.