Habis hujan terbitlah terang. Ya, terang dalam bahasa Jawa tak hanya berarti tidak gelap tetapi juga usai hujan. “Wis mari udan,” menurut Bausastra Jawa W.J.S. Poerwadarminta. Kemarin siang menjelang pukul tiga, setelah sejak pagi hujan, tiba-tiba terang cerah dengan cahaya kontras pada tembok. Hanya lima belas menit.
Iseng saya abadikan terang kontras sesaat itu. Siang ini saya melihat tangkapan berita yang saya tangkap penampakan layarnya. Seputar hujan.
Hujan lalu banjir, lumrah. Hujan bikin lalu lintas macet? Hanya di kota besar. Tak hanya media berita yang berkantor di Jabodetabek yang melaporkan kemacetan dan kerepotan lain akibat hujan tetapi juga warganet dari area tersebut.
Ada pula foto tentang hujan yang tampaknya bersahaja sebagai foto jurnalistik namun menurut saya puitis.
Saya membayangkan diri sebagai warga sebuah pulau kecil di kawasan terluar eh terdepan Indonesia yang kebetulan terjangkau sinyal. Apa arti semua kabar itu bagi saya yang terpaksa memergoki judul dan gambar dalam ponsel?
Saya teringat ungkapan Anwar Jimpe Rachman, seorang pegiat literasi di Makassar, Sulsel: “Isu kemacetan di Jakarta pun kami harus dengar dan tonton.”
Namun dari foto kemacetan di Jakarta akibat hujan, dalam Kompas.d, saya terkesan oleh oleh satu hal: iklan lanyard atau tali kalung dengan kantong kartu pada badan bus. Urban banget. Harga lanyard beragam, ada yang mahal, sehingga di X pernah ramai topik lanyard mbak-mbak di SCBD. Di Carousel Singapura, tali kartu Louis Vuitton ditawarkan 839 SGD (Rp8,9 juta).
Di Indonesia, kalung wadah kartu tak hanya untuk kartu karyawan tetapi juga kartu bayar semacam Flazz, E-money, dan Brizzi. Di tempat kerja saya terakhir, sampai 2019, ID card untuk juga merangkap Flazz untuk naik angkutan umum dan berbelanja.
Namun foto berita Kompas.id tentang hujan di Jakarta tak hanya tentang genangan, banjir, dan kemacetan. Ada juga tentang produksi ikan asin di Muara Angke, Jakut. Biasanya penjemuran ikan selesai dalam sehari tetapi karena hujan butuh waktu hingga seminggu. Pasokan ikan asin akan terganggu. Jika berlangsung lama akan menaikkan harga. Padahal ikan asin digemari khalayak.
Siapa yang semalem abis pulang kerja naik KRL dan kejebak di Stasiun Pondok Ranji? 😭
| Narasi Daily pic.twitter.com/eOJ67NScRJ
— Narasi Newsroom (@NarasiNewsroom) January 31, 2024
Masih seputar hujan dan perjalanan terganggu, kasus kasur melintang di rel itu tak bermutu dan sangat menjengkelkan. Di X dipenuhi keluhan bergambar, sebagian penumpang tak tahu penyebabnya.
6 Comments
BTW harga lanyard jutaan rupiah? Hambok tuku onderdil ori tril tua, atau beli ponsel.
Lha ya namanya selera to Lik
Lanyard. Saya baru tahu kata itu sekitar sepekan lalu, dari akun IG seseorang yang tidak saya kenal yang muncul di beranda saya.
Kadang (atau malah sering) saya memang katro, ndembik, ndesit, kuper, telat ngerti, telmi, dan sebangsanya.
Nggak mungkin setiap orang tahu segala hal. Google saja nggak tahu baito.
(((baito !)))
… dan saya juga baru tahu akamsi.🙈