Lagi, pos ihwal jendela kamar. Apa istimewanya? Untuk rumah tinggal, jendela besar itu menarik bagi saya, terutama rumah yang dibangun dua puluh tahun lalu dan sebelumnya.
Kalau rumah sekarang milik generasi milenial (1981β1996) banyak cahaya alami, antara lain karena selera, dan rujukan di media sosial lebih banyak. Jendela besar bukanlah masalah karena perabot kamar bukan beli jadi, sehingga dapat menyiasati luas bidang dinding. Selain itu ada tambahan lubang cahaya dari atap.
Generasi ortu mereka, terutama yang berlatar boomers, membangun rumah dengan melihat rumah lain dan majalah arsitektur serta buku. Maklumlah internet dan terutama media sosial dahulu belum terjangkau semua orang. Kalau dana cukup ya minta bantuan arsitek profesional. Salah satu ciri selera boomers, kalau punya jendela besar, adalah menggunakan kaca gelap (riben, dari jenama Ray-Ban) β lalu apa fungsi vitrase?
Kini di Pinterest, Instagram, YouTube, dan situs arsitektural banyak contoh. Arsitek profesional maupun amatir selain merujuk juga berbagi rancangan.
Kamar yang saya foto saat bangun tidur ini bukan di rumah saya. Ini rumah orang yang tak saya kenal, tempat saya terdampar siang hari tetapi baru masuk kamar sekitar 6×6 meterΒ² di lantai atas pada malam hari, lalu mandi dan tidur. Kamar mandi di dalam.
Rumah ini tak punya sisa ruang di kanan maupun kiri bangunan, temboknya menempel ke bangunan sebelah. Tetapi setiap ruang, termasuk ruang makan dan ruang TV, punya jendela besar, ada yang menghadap ke depan dan ada yang ke belakang. Cahaya alami pun berlimpah.
Saya terkesan akan rumah ini. Entah siapa pemiliknya. Hanya ada asisten rumah tangga lebih dari seorang, semuanya pria. Rumah tak dihuni. Kolam renang kecil di belakang tak dipakai. Garasi juga.
6 Comments
Paman tidak tahu pemiliknya, kok bisa sampai nginep di situ? Gak bahaya, ta?
Sulit jelasinnya ππ
Itu bermula dari saya turun dari taksi dan tidak depan rumah kosong tak terawat padahal jalan itu sepi nggak ada orang. Celakanya saya nggak bisa cek lokasi karena layar gelap krn saat itu siang bolong. Nelepon dan buka WA juga gak bisa baca.
Whaini.
Di usia tua saya masih mengalami keanehan π
Sopir taksi eh Gocar yang baik hati menunggu di tikungan, sekira lima puluh meter dari titik saya turun, ketika saya susul dia bilang, “Mari saya antar sampai ketemu alamat yang bener, Oom. Nggak usah bayar. Di tempat sepi ini nggak ada orang yang bisa ditanya, jalannya nggak ada orang. Jalan buntu.”