Tanpa sengaja saya beroleh foto dagangan yang sama-sama dipikul. Pagi itu, di depan SPBU Pekayon, Kobek, saya duduk di bawah pohon pinggir jalan, memotret panci seng untuk bakso yang dijajakan dengan dipikul. Tadi, saat membersihkan gambar di ponsel, saya temukan foto pemikul mainan jualan melintas di latar belakang panci.
Saat itu saya sedang asyik memotreti sepikul panci yang ditinggalkan penjualnya entah ke mana. Nanti foto-foto panci kalau sempat akan saya poskan. Karena berkonsentrasi pada layar redup saya tak memperhatikan penjual mainan.
Saat ini saya tak tahu penjual apa saja yang masih memikul dagangan. Kebanyakan penjual sudah menggunakan gerobak, sepeda, dan motor. Namun di kawasan saya masih ada penjual sekoteng dengan pikulan.
Tentang pikulan, lima tahun lalu kawan saya bercerita masih melihat penjual buku keagamaan Islam dengan memikul. Dia melihatnya di Bekasi dan Karawang.
Apakah di kawasan Anda masih ada penjual membawa pikulan? Lalu pikulun dalam judul itu apa? Oh, itu sebutan dalam wayang untuk menyebut orang kedua yang sangat dihormati, misalnya raja, brahmana, dan dewa. Semacam sapaan tuan.
3 Comments
Duluuuuu yang biasa memikul pikulan lewat di kampung saya, antara lain, bakul kerupuk dan mendring (penjual barang kreditan). Sekarang mereka naik motor.
Kalo dawet?
Oh iya, bakul dawet pikulan!
BTW saya lupa apakah pernah ada bakul dawet naik motor, atau sepeda, setelah bakul dawet pikulan punah sekian tahun silam.