Saya heran, kenapa selama ini lupa bahwa set nampan kecil bermotif rangkaian elektronik dengan tiga kotak wadah mirip tombol kibor komputer itu bertuliskan Ctrl Alt Del. Saya baru sadar setelah istri saya mencucinya dan menengkurapkan wadah di rak piring.
Lalu ingatan saya pun singgah sebentar ke bangku bakso bertuliskan serupa, kemudian mundur jauh ke abad lalu saat tombol Control, Alt, dan Delete menjadi gurauan.
Three-finger salute atau hormat tiga jari, dengan menekan tuts Ctrl-Alt-Del bersama, adalah cara untuk mereset paksa PC, sering kali karena komputer macet atau pengguna tak menemukan langkah mundur maupun maju saat menggunakan aplikasi. Reboot menjadi solusi. Hal itu juga berlaku untuk PC tanpa hard disk, hanya menggunakan disket.
Lalu Ctrl Alt Del menjadi guyon untuk solusi darurat dalam aneka masalah. Para penggemar humor itu pasti kini sudah lansia. Mereka adalah mahasiswa dan karyawan yang pada awal hingga medio 1980-an mengalami kemewahan menggunakan PC dengan MS-DOS.
Seperti halnya ponsel — jenis biasa maupun kemudian ponsel cerdas — pada mulanya personal computer adalah barang mewah. Jangankan mahasiswa, dosen saja belum tentu punya, dan kalau pun punya harus ikut kursus.
Sampai awal 1990-an, masih ada skripsi yang ditik secara manual. Si pengetik akhir bukanlah si mahasiswa melainkan juru tik biro jasa pengetikan dan penjilidan skripsi. Hingga malam hari, kios-kios biro itu masih diwarnai orkestra suara mesin tik; sama seperti kantor redaksi media sebelum mengenal komputer.
3 Comments
Layar, Paman betul.
Game dan digger, Paman boten leres. Sejak abad lalu sampai kini saya tak pernah bisa dan tak pernah suka game. Termasuk tetris, saya enggak bisa.
Dahulu kala saya beli PC yang disebut komputer 386, atau komputer 486 saya lupa, dan lupa membelinya tahun berapa — yang pasti antara 1983-1988 saat jadi reporter di Solo.
Layar monokrom? Diisi game juga? Digger mungkin 😁